JAKARTA (Arrahmah.com) – Dalam acara Nouman Meet Up Community pada hari Sabtu (5/5 2018) di Senayan yang dihadiri beberapa komunitas muslim Indonesia termasuk tentunya NAK Indonesia, Nouman Ali Khan mengungkapkan dua pendekatan dalam mempelajari Al-Quran.
Yang pertama, adalah prasyarat akademik yakni memahami bahasanya. Prasyarat ini dapat diusahakan dengan mempelajari bahasa Arab, tafsir, dan yang terkait.
Yang kedua, adalah prasyarat psikologis yang harus dipenuhi oleh semua muslim. Ini meliputi tiga hal, yakni:
a. Mengakui kesempurnaan Al-Quran
Al-Quran itu sempurna terlepas dari apakah kita memahami isinya atau tidak, atau apakah kita nyaman dengan maknanya atau tidak. Permasalahannya seringkali terletak pada hati kita sendiri yang menolak mengakui kesempurnaannya karena keterbatasan pengetahuan serta terganggunya kenyamanan kita.
Mempelajari kalam Allah itu bukanlah dengan mengkritiknya, tetapi dengan mengajukan pertanyaan yang didasari oleh rasa rendah hati. Satu hal yang jelas adalah, meskipun kita sudah berusaha mempelajari Al-Qur’an setiap hari, namun kita hanya akan mampu memahami sangat sedikit darinya. Ibaratkan penyelam yang mengarungi samudera luas tiada bertepi, pada akhirnya yang diperolehnya hanyalah tetesan air yang menempel di tubuhnya.
b. Mengakui Al-Quran sebagai petunjuk
Ada perbedaan mendasar antara petunjuk dengan informasi. Sebuah informasi cukup dipelajari sekali saja. Seperti informasi tentang arah menuju suatu destinasi, yang tidak akan kita butuhkan lagi segera setelah kita mencapai destinasi tersebut. Sebaliknya Al-Quran sebagai sebuah petunjuk bisa diibaratkan dengan air, yang senantiasa dibutuhkan oleh manusia untuk kehidupannya.
Oleh sebab itu kita perlu mempelajari Al-Qur’an itu terus menerus untuk menjaga hati agar tetap hidup. Perbaikilah hubungan kita dengan Al-Quran, utamanya di dalam salat-salat kita. Pelajari Al-Quran lebih sering untuk memperbaiki salat. Jika itu tidak dilakukan maka kita akan tetap merasakan dahaga/kekosongan.
Masalahnya, pada umumnya kita tidak merasa membutuhkan Al-Qur’an. Benar kita telah menghargai Al-Quran dengan menempatkannya pada tempat yang terjaga, terbungkus rapi di dalam lemari, namun sayangnya kita tidak merasa butuh akan petunjuk Al-Quran itu sendiri.
Kadangkala kita jadikan Al-Qur’an seperti sebuah apotik yang hanya dibutuhkan untuk menyediakan obat pada saat kita sakit.
“Jika ingin lulus ujian baca surat apa ya?”
“Saya ingin kehamilan saya sehat, baca surat apa ya?”
Setelahnya kita kembalikan Al-Quran ke dalam bungkusnya.
c. Keharusan membuat komitmen untuk berubah
Lakukan hal terbaik untuk berubah. Jangan hanya merasa terpesona oleh Al-Quran, “Ayat itu sungguh luar biasa, awesome!” namun tidak berbuat apa-apa untuk memperbaiki diri. Ikuti dan seriuslah merubah diri sesuai tuntunan Al-Quran.
Allah azza wa jalla telah memberi kita kemampuan untuk memahami dan mengikuti petunjuk. Jika kemampuan itu tidak pernah digunakan, maka lambat laun kita akan membunuhnya. Akan tiba saatnya kita akan mengalami mati rasa terhadap Al-Quran.
Sumber: nakindonesia.wordpress.com
(ameera/arrahmah.com)