YERUSALEM (Arrahmah.com) – Perdana Menteri ‘Israel’ Benjamin Netanyahu bertemu dengan pejabat kunci Sudan hari Senin (3/2/2020) untuk membahas “normalisasi” antara kedua negara, demikian diungkap kantor Netanyahu.
Netanyahu mengadakan pembicaraan dua jam dengan Abdel Fattah Al-Burhan, ketua dewan berdaulat Sudan, di kota Entebbe, Uganda, sebuah pernyataan dari kantornya mengatakan.
Namun, menteri informasi dan juru bicara pemerintah Sudan, Faisal Salih, mengatakan kepada Reuters bahwa dia tidak memiliki informasi tentang kunjungan itu dan bahwa kabinet belum membicarakannya. Para pejabat akan menunggu “klarifikasi” tentang kembalinya Burhan, kata Salih dalam sebuah pernyataan kemudian.
Meskipun secara teknis berperang, Sudan diperkirakan bisa menjadi negara Arab ketiga yang mengakui ‘Israel’.
Dewan berdaulat Sudan adalah badan transisi pejabat militer dan warga sipil yang saat ini dipimpin oleh Burhan, seorang jenderal militer.
Itu dibuat sebagai bagian dari perjanjian pembagian kekuasaan antara militer dan warga sipil setelah penggulingan diktator lama Omar Al-Bashir tahun lalu.
Sudan di bawah Bashir menjadi bagian dari boikot Arab selama puluhan tahun terhadap ‘Israel’ atas perlakuan negara Yahudi terhadap Palestina.
Pada tahun 1967 para pemimpin Arab bertemu di ibukota Sudan Khartoum untuk mengumumkan apa yang disebut ‘tiga poin penting’ – menolak perdamaian atau negosiasi dengan dan pengakuan ‘Israel’.
Sejak itu baik Mesir dan Yordania telah mengakui negara itu, meskipun negara-negara Arab dan banyak negara Muslim lainnya masih belum.
Pejabat senior Palestina Saeb Erekat menyebut pertemuan Burhan dengan Netanyahu “sebuah penghinaan di belakang rakyat Palestina dan serangan terang-terangan atas inisiatif perdamaian Arab,” menurut sebuah pernyataan yang diterbitkan oleh kantor berita resmi WAFA.
Pada hari Minggu (2/2), Amerika Serikat mengundang Burhan untuk mengunjungi Washington, kata dewan berdaulat Sudan.
Sudan berusaha untuk dihapus dari daftar negara-negara AS yang dianggap sebagai sponsor terorisme negara.
Daftar itu telah menghambat bantuan keuangan internasional dan aktivitas komersial yang sangat dibutuhkan di Sudan.
Sebelumnya pada hari Senin (3/2), Netanyahu mengadakan pembicaraan dengan Presiden Uganda Yoweri Museveni, yang mengatakan Uganda sedang mempelajari kemungkinan membuka kedutaan di Yerusalem.
Netanyahu terakhir kali mengunjungi Uganda pada Juli 2016 untuk memperingati 40 tahun penyelamatan sandera di bandara Entebbe, tempat saudaranya Yonatan meninggal.
Perdana menteri ‘Israel’, yang berusaha untuk membakar mandat diplomatiknya sebulan sebelum pemilihan 2 Maret ‘Israel’, mengunjungi negara Teluk Arab Oman pada tahun 2018 dan ia sering mengatakan boikot negaranya berakhir, meskipun tidak ada perjanjian damai dengan Palestina. (Althaf/arrahmah.com)