BOSTON (Arrahmah.com) – Israel berfungsi sebagai pangkalan gudang senjata utama Amerika di Timur Tengah, demikian yang diungkapkan tokoh analis sosial politik terkenal Amerika Noam Chomsky.
“Israel pada dasarnya adalah sebuah pangkalan militer AS, AS memposisikan senjata mereka di sana, itu hubungan intelijen dan militer yang sangat dekat,” akademis Yahudi mengatakan kepada Press TV pada hari Rabu (31/5) saat menjelaskan kompleksitas hubungan antara Washington dan Tel Aviv.
Terkait senjata yang diterima Israel dari AS sebelum meluncurkan serangan ofensif di Jalur Gaza pada tahun 2007-2008, Chomsky mengatakan bahwa pertukaran senjata antara kedua belah pihak tidaklah mengejutkan.
“Israel menerima senjata secara terus-menerus. Pada kenyataannya,senjata itu dikirim selama invasi ke Gaza. AS mencoba mengirimkannya pada Israel, dimana senjata tersebut seharusnya dikirim dari Yunani, tetapi Yunani menolak untuk mengantarkan senjata itu,” kata Chomsky.
“Ketika pentagon ditanya tentang hal ini, tentu saja mereka menjawab bahwa senjata-senjata itu tidak dikirim untuk invasi Gaza yang sedang berlangsung dengan senjata AS, melainkan AS memposisikan senjatanya di Israel,” tambahnya.
Sang profesor, yang mengambil bagian dalam sebuah wawancara dengan Press TV setelah menyampaikan pidatonya di Boston University, mengatakan bahwa meskipun Israel telah mempengaruhi kebijakan luar negeri AS, mereka masih harus bertindak dalam batas-batas apa yang diperbolehkan Washington.
“Ambil contoh ancaman Israel terhadap Iran atau ancaman AS dalam hal ini, kalau saja ada yang peduli, sebenarnya itu adalah sebuah pelanggaran terhadap Piagam PBB,” kata Chomsky.
Chomsky mengatakan pada musim panas tahun 2008, tepat di tengah-tengah pemilihan presiden, dalam sebuah kongres pelobi Israel berusaha keras untuk mendorong melalui sebuah resolusi yang menyerukan blokade terhadap Iran yang pada dasarnya akan menjadi suatu tindakan perang.
Selama pidato di Boston University, Chomsky juga memperingatkan ancaman yang dihadapkan oleh AS dan Israel kepada dunia dan mengatakan bahwa orang mungkin memiliki lebih banyak rasa takut terhadap keduanya daripada ketakutan terhadap apa yang oleh Washington sebut dengan terorisme.
“AS dan Israel secara konsisten dan teratur menggunakan kekerasan dan ancaman kekerasan, melakukan agresi secara teratur dan berulang-ulang, menginvasi negara-negara lain, menduduki negara-negara lain, dan memicu teror dan kekerasan,” katanya.
Chomsky juga menunjukkan bahwa pemerintah dan media AS terlalu menyebarkan dan membesar-besarkan laporan tentang program nuklir Iran. Telah ada kampanye propaganda besar-besaran yang menjelek-jelekan Iran, yang menggambarkan negara itu sebagai ancaman utama bagi perdamaian dunia yang telah berlangsung selama tiga tahun.
Selama ini Noam Chomsky dikenal sebagai intelektual, aktivis politik, dan kritikus terhadap kebijakan luar negeri AS dan pemerintah lain. Noam Chomsky menggambarkan dirinya sebagai sosialis libertarian, simpatisan anarko-sindikalisme dan dianggap sebagai tokoh intelektual penting dalam sayap kiri politik Amerika.
Dalam menanggapi pernyataan “Perang Melawan Terorisme” AS pada tahun 1981 dan redeklarasi pada tahun 2001, Chomsky berpendapat bahwa sumber utama terorisme internasional adalah kekuatan utama dunia, yang dipimpin oleh AS.
Dengan demikian jelaslah siapa teroris sebenarnya. Yang tidak lain adalah AS dan sekutunya, serta semua pihak yang mendukung AS itu sendiri. (rasularasy/arrahmah.com)