Armnews – Sekretaris Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI), Ichwan Syam mengatakan, ada indikasi eks NII (Negara Islam Indonesia) dan intelijen asing berada di balik maraknya kehadiran aliran sesat yang bertujuan untuk memecah belah bangsa Indonesia.
“Islam Radikal NII dan intelijen asing berada dibalik munculnya aliran sesat belakangan ini. Karenanya saya minta umat Islam tidak mewaspadai dan jangan sampai diadudomba,” ujar Ichwan dikutip Harian Terbit di Jakarta, Selasa malam (6/11).
Pernyataan Ichwan dibenarkan pengamat intelijen dan militer MT Arifin. Menurutnya, dugaan Sekum MUI itu bisa benar, hanya saja perlu kajian yang lebih intensif untuk memastikan kebenarannya.
“Perkiran-perkiraan terhadap kemungkinan munculnya aliran-aliran agama yang diangga menyesatkan itu, bisa dimungkinkan sebagai ‘permainan’ intelijen asing. Namun perlu dikaji secara intensif agar kita memahami bahwa itu merupakan sebuah permainan,” jelas Arifin.
Arifin tak menampik bahwa segala kekacauan yang terjadi di tanah air, sebagian besar ada keterlibatan intelijen asing. Menurutnya, masyarakat Indonesia kerap menjadi target rekayasa tingkat tinggi.
“Tujuannya jelas, ingin mempengaruhi politik yang ada, terutama untuk mendukung suatu tujuan yang ingin dicapai. Biasanya, rekayasa itu selalu disusupkan pada hal-hal yang strategis, seperti agama misalnya. Pada akhirnya, banyak lembaga legislatif kita yang terpengaruh dan akhirnya masuk dalam permainan tadi,” lanjut Arifin.
Dihubungi terpisah, anggota Komisi VIII DPR dari Fraksi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) DG Al Yusni mengatakan, ada benang merah antara gerakan Islam radikal yang ada di tanah air dengan bermunculannya berbagai aliran sesat di Indonesia akhir-akhir ini.
“Dari model dan ciri-ciri Islam radikal yang berkembang di Indonesia juga ada pada aliran sesat yang muncul belakangan ini. Tujuan mereka untuk mendirikan Negara Islam Indonesia (NII) yang sampai tidak kesampaian. Mereka tidak mempersoalkan masalah akidah. Sasaran pertama mereka adalah menarik sebanyak mungkin pengikut,” kata dia.
Seperti Al-Quran suci yang berkembang di Jawa Barat. Kelompok ini tidak terlalu memikirkan bagaimana akidah Islam yang benar. Bukti, shalat maupun kewajiban lainnya tidaklah menjadi tugas pokok. Demikian pula dengan masalah infaq yang ditentukan sendiri. Padahal, menurut ajaran Islam hal itu tidak dijelaskan secara detail.
Tipelogi gerakan mereka juga sama dengan Islam radikal. “Jadi, saya cenderung mengatakan bahwa Islam radikal ada dibalik bermunculannya aliran sesat ini,” kata Yusni.
Yusni tidak melihat adanya intelijen asing dibalik gerakan ini. Kalau ada intelijen asing, berarti gerakannya lebih terjalin rapi sehingga susah untuk dideteksi.
“Jadi, saya lihat hanya Islam radikal saja yang berada di balik keberadaan aliran sesat ini,” jelas Yusni.
Sementara itu Kapuspenkum Kejaksaan Agung Thomson Siagian mengatakan, Rabu (7/11), Kejaksaan Agung bersama unsur Mabes TNI, Mabes Polri, BIN, pihak Departemen Agama dan pihak terkait melakukan rapat Rapat Koordinasi Pengawas Aliran Kepercayaan Masyarakat (Pakem) tingkat pusat.
“Rapat koordinasi fokus pada aliran Alqiyadah dan aliran sesat lainnya,” ujarnya di Kejakgung, Selasa (6/11).
Sumber: Hidayatullah