KAIRO (Arrahmah.com) — Otoritas berwenang di Mesir menghadapi serangan balasan atas rencana mereka mengubah tafsir Al Quran. Seorang penulis dan jurnalis Mesir mengkritik proposal yang sedang dibahas oleh Senat negara itu tentang penulisan interpretasi modern Al Quran.
Dilansir Iqna (28/12/2021), Kepala Komite Agama Senat Yusuf Sayyid Amer telah mengajukan proposal dan dia mengatakan interpretasi baru yafsir akan menyoroti moderasi Islam untuk melawan radikalisme. Ini akan memberikan jawaban atas hadits-hadits tertentu yang dirujuk oleh kelompok radikal untuk membenarkan ideologi mereka.
Penulis dan jurnalis Qutb al Arabi menulis dalam sebuah artikel yang dimuat oleh situs Arabi21 bahwa bungkam atas proposal semacam itu tentu tidak mungkin. Sebab, itu telah diajukan oleh politikus dan pejabat pemerintah, bukan oleh para ulama dan pakar.
Dia mengatakan, manipulasi terhadap Al Quran dengan tujuan melayani pemerintah dan penguasa tidak dapat diterima.
“Siapa yang bisa menerima pengikatan ayat-ayat Al Quran dengan kebijakan yang tidak adil atau menyajikan pemahaman yang menyimpang untuk menutupi dan membenarkan fenomena abnormal di masyarakat untuk memuaskan kelompok penekan internasional?” kata Arabi.
Ia menggambarkan proposal yang diajukan oleh Amer dan didukung oleh menteri wakaf negara itu dan Mufti besar sejalan dengan kebohongan tentang negara baru yang telah dibicarakan oleh Presiden Abdul Fattah el-Sisi dan media.
“Jika penafsiran modern dimaksudkan untuk memahami Al Quran dengan mempertimbangkan realitas zaman dan perkembangannya, maka hal itu sebelumnya tidak ditentang oleh para mufasir (komentator) dan faqih (ahli hukum).”
Menurutnya, hal seperti itu telah banyak dilakukan oleh para ulama Mesir seperti Sheikh Muhammad Abduh, Sheikh Rashid Reza, Sheikh Tantawi Gohari, Mustafa Mahmoud dan baru-baru ini Sheikh al-Shaarawy.
Namun, kata Arabi, menafsiran ini lebih cenderung untuk menguatkandan melayani pemerintahan Sisi dan sistem yang berkuasa.
Dia juga menyebutkan bahwa salah satu tujuan di balik penafsiran ulang ini adalah untuk memfasilitasi penyebaran propaganda normalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel. (hanoum/arrahmah.com)