TEL AVIV (Arrahmah.id) — Menyusul serangan pekan lalu di perbatasan Mesir yang menewaskan tiga tentara Israel dari Batalyon Bardelas campuran gender, para prajurit menolak dinas militer di daerah itu.
Dilansir Walla (9/6/2023), para prajurit Israel itu mengaku mau dinas asal terpenuhi beberapa syarat, antara lain pengurangan jam dinas dari 12 jam menjadi delapan jam.
Pekan lalu, seorang polisi perbatasan Mesir berusia 22 tahun menembak mati dua tentara Israel dan menyelinap melalui penghalang berduri yang sangat dijaga lengkap untuk bertukar senjata yang menyebabkan kematiannya, bersama dengan tentara Israel ketiga.
Batalyon Bardelas, menurut situs militer Israel, “menjaga keamanan Wilayah Arava, yang membentang dari Laut Mati hingga Eilat.”
Menurut laporan Walla, para prajurit mengatakan mereka tidak dapat melakukan shift yang begitu lama dalam kondisi cuaca buruk.
Para rabi Israel yang dilaporkan oleh media Ibrani mengatakan insiden ini membuktikan brigade campuran tidak berguna. Mereka mengklaim tentara pria dan wanita tidak dapat menanggapi tembakan tentara Mesir “karena situasi emosional yang mereka hadapi.” (hanoum/arrahmah.id)