NEW YORK (Arrahmah.id) – Kota New York telah meluncurkan inisiatif baru yang memungkinkan masjid-masjid di seluruh kota AS mengumandangkan azan setiap Jumat, serta saat salat magrib sepanjang Ramadan.
New York kini bergabung dengan kota-kota lain, termasuk Minneapolis, yang telah menerapkan tindakan serupa.
“Sudah terlalu lama, ada perasaan bahwa komunitas kita tidak diizinkan untuk mengumandangkan azan mereka,” kata Wali Kota New York Eric Adams dalam sebuah pernyataan pada Selasa (29/8/2023).
“Hari ini, kami memotong birokrasi dan menyatakan dengan jelas bahwa masjid dan rumah ibadah bebas mengumandangkan azan pada Jumat dan selama Ramadhan tanpa memerlukan izin.”
Panduan baru ini akan mengizinkan masjid-masjid di kota tersebut untuk mengumandangkan azan antara pukul 12:30 hingga 13:30 setiap Jumat dan saat magrib setiap hari selama Ramadan.
Berita ini mendapat sambutan hangat dari beberapa anggota komunitas Islam yang mengatakan bahwa ini adalah “salah satu berkah terbesar yang pernah kami terima” sebagai umat Islam di New York.
“Dapat mendengar azan setiap Jumat saat kami berjalan ke masjid pada salah satu hari paling suci kami. Azan memiliki arti yang sangat besar bagi anak-anak kami. Banyak dari kami yang merupakan orang tua, kami tumbuh besar dengan mendengarkan azan di rumah. Kami merindukannya. Kami merindukannya,” kata Mohamed Bahe, penghubung senior komunitas Muslim di kantor walikota.
“Jadi sekarang berkat kantor wali kota, dan wali kota itu sendiri, generasi muda kita, generasi masa depan kita dapat merasakan pengalaman yang sama seperti yang kita alami saat kita tumbuh besar di negara-negara Muslim,” katanya kepada Middle East Eye.
Namun, anggota komunitas agama lainnya menyuarakan keprihatinan atas pengumuman tersebut. Salah satu alasannya adalah keterlibatan Departemen Kepolisian New York yang memimpin inisiatif ini.
“Pedoman hukum baru NYPD mengklarifikasi untuk masjid bahwa azan diperbolehkan di Kota New York dan tidak dilarang meskipun terdapat pembatasan suara di lingkungan kota,” demikian siaran pers dari kantor wali kota.
Komisaris NYPD Edward Caban mengatakan bahwa “kebanggaan departemen kepolisian terhadap gagasan ini adalah inti dari penjangkauan komunitas kami yang kuat, upaya pemberantasan kejahatan, dan misi keselamatan publik kami yang berkelanjutan”.
Sebelumnya, di bawah kepemimpinan mantan Walikota Mike Bloomberg, NYPD meluncurkan sebuah program yang secara diam-diam memetakan dan mengawasi komunitas Muslim dan mengirim informan ke masjid-masjid untuk mengawasi ceramah.
Audit internal kemudian mengungkapkan bahwa program mata-mata tersebut gagal memberikan satu pun petunjuk kriminal.
Program pengawasan yang menargetkan komunitas Muslim di kota tersebut kini telah ditinggalkan dan meninggalkan warisan ketidakpercayaan, dan banyak yang masih meremehkan polisi.
Beberapa anggota komunitas di Kota New York mengemukakan permasalahan mengenai waktu pengumuman tersebut, yang muncul setelah kunjungan Walikota Adams baru-baru ini ke “Israel”, di mana ia bertemu dengan Perdana Menteri Benjamin Netanyahu.
Kunjungan tersebut dikecam oleh para pemimpin New York, warga Amerika keturunan Yahudi, dan juga warga Amerika keturunan Palestina, mengingat perlakuan pemerintah “Israel” terhadap warga Palestina, yang oleh kelompok hak asasi manusia terkemuka dicap sebagai apartheid.
Abdullah Akl, seorang penyelenggara Mesir-Amerika dari New York City, mengatakan kepada MEE bahwa waktu pengumuman mengenai azan sepekan setelah dia melakukan perjalanan ke “Israel” adalah “bukan suatu kebetulan”.
“Komunitas Muslim dan para pemimpin kita harus menyadari bahwa wali kota ini mempermainkan kita, ia menyerukan dukungannya terhadap apartheid, dan pembersihan etnis di Palestina.”
“Sangat memalukan bahwa dalam waktu 72 jam setelah wali kota kembali dari Palestina dan berjabat tangan dengan Zionis, komunitas Muslim dan ‘pemimpin’ kami ikut campur dengannya karena bolehnya mengumandangkan azan dengan pengeras.”
Akl dan yang lainnya mengatakan mereka melihat pengumuman Selasa itu sebagai langkah untuk mengalihkan perhatian umat Islam dari perjalanan Adams ke “Israel” selama tahun meningkatnya kekerasan terhadap warga Palestina. Penghitungan yang dilakukan oleh Middle East Eye menunjukkan bahwa setidaknya 216 warga Palestina telah tewas akibat tembakan “Israel” tahun ini, termasuk 37 anak-anak.
Pasukan “Israel” juga telah melancarkan beberapa penggerebekan dalam beberapa tahun terakhir di Masjid Al-Aqsa, yang dianggap sebagai salah satu situs paling suci dalam Islam.
“Mengizinkan masjid-masjid untuk mengumandangkan azan adalah sebuah langkah penting di NYC dalam merangkul komunitas Muslim. Namun, hal ini ternoda oleh fakta bahwa langkah ini dilakukan segera setelah perjalanan memalukan Walikota Adams untuk bertemu dengan para pemimpin “Israel” yang menginjak-injak kebebasan, hak dan martabat, baik Muslim maupun Kristen Palestina,” kata Nerdeen Kiswani, seorang aktivis Palestina dan pendiri Within Our Lifetime Palestine.
“Perjalanan propaganda Walikota dan janjinya untuk mengunjungi permukiman di tahun paling mematikan bagi warga Palestina di Tepi Barat sejak tahun 2005 merupakan tamparan bagi komunitas Muslim di seluruh dunia.” (zarahamala/arrahmah.id)