TEL AVIV (Arrahmah.id) — Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menampilkan peta baru Israel yang menghapus wilayah Tepi Barat yang diduduki pada konferensi pers pada Senin (2/9/2024) malam. Hal itu dipandang sebagai tindakan kolonialisasi dan rasisme menurut otoritas Palestina.
“Peta Netanyahu mengungkap kebenaran agenda kolonial dan rasis dari pemerintah sayap kanan ekstremis,” kata Kementerian Luar Negeri Palestina dalam sebuah pernyataan, dikutip dari Middle East Monitor (3/9).
Kepresidenan Palestina mengatakan bahwa presentasi Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tentang peta yang menunjukkan Tepi Barat sebagai bagian dari Israel adalah “pelanggaran serius”.
“Pernyataan Netanyahu mengenai penolakan untuk menarik diri dari Koridor Philadelphia di Jalur Gaza, selain menggunakan peta yang mencakup Tepi Barat sebagai bagian dari negara Pendudukan … merupakan pelanggaran serius terhadap semua resolusi legitimasi internasional dan perjanjian yang ditandatangani,” kata juru bicara kepresidenan, Nabil Abu Rudeineh, dalam sebuah pernyataan, menurut kantor berita Palestina, Wafa.
Ia mengatakan tindakan tersebut “jelas mengungkap niat Israel yang sudah direncanakan sebelumnya untuk memperkuat Pendudukan dan mengumumkan aneksasi dan penyelesaian.”
Menteri Keuangan Israel, Bezalel Smotrich, mengonfirmasi pada bulan Juni sebuah laporan oleh New York Times tentang upayanya untuk mencaplok Tepi Barat yang diduduki.
Abu Rudeineh mengatakan, “Kebijakan yang membingungkan secara politik dan militer ini tidak akan membawa keamanan atau stabilitas bagi siapa pun.”
Ia memperingatkan tentang “bahaya upaya Israel untuk mengacaukan seluruh wilayah melalui kelanjutan perang genosida di Jalur Gaza dan agresi Israel yang sedang berlangsung yang bertujuan untuk menghancurkan kota-kota, desa-desa, dan kamp-kamp Palestina di Tepi Barat.”
“Palestina telah dan akan tetap menjadi prioritas dalam agenda regional dan global, dan upaya AS tidak ditujukan untuk menghentikan perang di Gaza, tetapi untuk membendung gagasan perang regional yang lebih luas.”
Tentara Israel melancarkan operasi militer terbesarnya pada hari Rabu di Tepi Barat utara dalam dua dekade, menewaskan sedikitnya 33 korban dan menyebabkan kerusakan besar di daerah tersebut.
Serangan itu terjadi di tengah meningkatnya ketegangan di Wilayah Pendudukan saat Israel terus maju dengan serangan brutalnya di Jalur Gaza, yang telah menewaskan lebih dari 40.800 warga Palestina, sebagian besar wanita dan anak-anak, sejak 7 Oktober.
Setidaknya 685 orang telah tewas sejak itu dan lebih dari 5.700 orang terluka oleh tembakan Israel di Tepi Barat, menurut Kementerian Kesehatan. (hanoum/arrahmah.id)