LONDON (Arrahmah.com) – Netanyahu sangat cemas akan eksistensi Jabhah An-Nushrah. Baginya Jabhah An-Nushrah lebih “mengkhawatirkan” daripada pihak oposisi.
Netanyahu telah menekankan kehati-hatian atas seruan internasional untuk mempersenjatai oposisi sekuler Suriah dan berpesan kepada negara Yahudi untuk memblokir pasokan senjata yang bisa berbalik menentang mereka karena ditakutkan bisa jatuh ke tangan mujahidin Jabhah An-Nushrah.
Berbicara kepada BBC, perdana menteri “Israel” itu mengatakan jika senjata canggih jatuh ke tangan mujahidin, hal itu bisa menjadi “ancaman” keamanan regional.
“Kami tidak agresif. Kami tidak mencari konfrontasi militer, tapi kami siap untuk membela diri jika diperlukan dan saya pikir orang tahu bahwa apa yang saya katakan adalah terukur dan serius,” klaimnya.
Netanyahu berada di London untuk pemakaman mantan seorang pemimpin Inggris, Margaret Thatcher, pada Rabu (17/4/2013).
Dalam malam pertemuan dengan Perdana Menteri Inggris, David Cameron, keduanya sepakat bahwa perang sipil Suriah mengenai, “kemanusiaan serius dan resiko keamanan”.
“Fokus utama perhatian kami adalah senjata yang sudah di Suriah – ini adalah senjata anti-pesawat, ini adalah senjata kimia dan senjata yang sangat, sangat berbahaya lain yang bisa menjadi pengubah game,” kata Netanyahu.
“Mereka akan mengubah kondisi, keseimbangan kekuasaan di Timur Tengah. Mereka bisa menghadirkan ancaman ‘teroris’ pada skala dunia. Ini jelas kepentingan kami untuk ‘membela diri’, tapi kami juga berpikir itu adalah demi kepentingan negara-negara lain.”
“Israel” sedang memantau gencatan senjata Dataran Tinggi Golan Suriah sejalan dengan ketakutan bahwa elemen jihad di antara mujahidin yang melawan rezim diktator Bashar Assad bisa menyerang negara Yahudi.
“Israel” merebut Dataran Tinggi Golan dari Suriah dalam Perang Enam Hari 1967 dan mencaploknya pada tahun 1981, dalam sebuah langkah yang tidak pernah diakui oleh masyarakat internasional.
Sementara itu, salibis AS akan mengerahkan 200 tentara ke Yordania dalam beberapa minggu mendatang dalam upaya untuk mendukung pertahanan negara itu, Washington mengatakan, sebagai eskalasi krisis Suriah dan “Israel” menanggapi kritik AS atas serangan yang kemungkinan bisa datang dari mujahidin.
Dan sehari sebelum pernyataan AS untuk mengirim pasukan, kelompok Al Qaeda menyerang Eilat dengan roket. Otoritas Eilat memerintahkan penampungan bom dibuka setelah serangan lima rudal Grad jarak jauh yang ditujukan dari Sinai pada Rabu (17/4).
Al-Qaeda yang beroperasi di Sinai dan Jalur Gaza menyatakan bertanggungjawab atas serangan itu.
Rudal Thye tidak dapat dicegat oleh Iron Dome. Menteri Pertahanan “Israel”, Moshe Yaalon, menghubungi Perdana Menteri Binyamin Netanyahu yang berada di London mengenai insiden tersebut dan menanyakan bagaimana “Israel” harus meresponnya. (banan/arrahmah.com)