TEL AVIV (Arrahmah.id) – Mantan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sekali lagi menyangkal keberadaan rakyat Palestina, menyebut tanah bersejarah mereka sebagai “tanah tandus” sebelum pembentukan “Israel”.
Pria yang akan menjadi perdana menteri “Israel” berikutnya ini menuduh bahwa orang Palestina hanya tinggal di tempat yang sekarang disebut “Israel” karena pertanian dan pabrik yang dibangun oleh pemukim Yahudi pada abad ke-19 menarik pekerja migran dari negara-negara Arab.
Klaim palsu ini telah berulang kali dibuat oleh sayap kanan “Israel” untuk membenarkan keberadaan “Israel” setelah pembersihan etnis massal desa-desa Palestina, tetapi telah ditolak sama sekali oleh para sejarawan dan sosiolog.
“Mereka merekonstruksi sejarah dan mengatakan bahwa mereka telah berada di sini selama berabad-abad – tidak, mereka tidak pernah berada di sana sama sekali,” klaim Netanyahu dalam sebuah wawancara dengan Jurnalis AS Jordan Peterson yang diterbitkan pada Selasa (6/12/2022).
Dia kemudian menggambarkan pembentukan negara “Israel” pada 1948 – yang dikenal orang Palestina sebagai ‘Nakba’ – sebagai momen ketika orang Yahudi berkata kepada orang Palestina “kita sekarang akan hidup bersama”.
Ratusan ribu warga Palestina diusir paksa dari rumah mereka selama Nakba dan banyak lainnya tewas dalam pembantaian.
Warga Palestina mengecam pengulangan narasi ahistoris palsu Netanyahu, yang menurut mereka mencoba menghapus ingatan akan sejarah Palestina.
Selama wawancara, Peterson membiarkan Netanyahu melontarkan klaim lama yang tidak berdasar bahwa Palestina adalah “tanah tandus, tanah kosong” yang secara inheren milik “Israel”.
Orang-orang Palestina telah mendokumentasikan kisah Nakba yang mengerikan, ketika milisi Zionis mengusir penduduk dari desa dan kota di tanah yang kemudian menjadi bagian dari negara “Israel”.
Jutaan korban pembersihan etnis ini dan keturunan mereka sekarang tinggal di Tepi Barat dan Gaza, Suriah, Libanon, dan negara-negara lain, banyak yang masih memegang kunci rumah yang terpaksa mereka tinggalkan pada 1948 dan 1967.
“Israel” secara rutin mempersenjatai arkeologi dan sejarah kuno untuk menyangkal setiap hubungan Palestina dengan tanah itu padahal itu merupakan hak politik, untuk kembali ke rumah mereka.
Netanyahu juga berbicara tentang persahabatannya dengan blogger Saudi Mohammed Saud – yang disebut Netanyahu sebagai “manajer Likud cabang Saudi”.
Pada 2019, blogger pro-“Israel” diusir dari al-Aqsa oleh warga Palestina selama tur yang disponsori oleh Netanyahu.
Ketika ditanya tentang Abraham Accords, Netanyahu berkata: “Mendapatkan perjanjian damai dengan UEA adalah langkah 15 kaki. Mendapatkan perjanjian damai dengan Palestina seperti melakukan langkah 150 kaki melalui tembok bata.”
Peterson tersenyum dan mengangguk dengan sikap menjilat ketika Netanyahu terkekeh mendengar leluconnya sendiri.
Peterson membingkai percakapan tersebut sebagai “salah satu penanda perkembangan dialog politik jenis baru”, karena dia dapat “duduk dengan seorang pemimpin politik dan melakukan percakapan yang tulus”.
Yang lain menggambarkan reaksi Peterson atas Netanyahu sebagai penjilat.
Pemimpin sayap kanan itu tidak ditekan atas tuduhan korupsi atau pemerintahan baru yang akan dia bangun dengan sekutu ekstremis, beberapa di antaranya adalah orang-orang yang menyerukan pembersihan etnis Palestina di masa lalu. (zarahamala/arrahmah.id)