TEL AVIV (Arrahmah.id) – Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yisrael Katz pada Sabtu (22/3) memerintahkan militer untuk melancarkan serangan terhadap puluhan target di Lebanon. Langkah ini diambil sebagai respons terhadap peluncuran roket dari Lebanon ke wilayah utara “Israel”.
“Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan telah menginstruksikan pasukan tentara ‘Israel’ untuk bertindak dengan kekuatan terhadap puluhan target teroris di Lebanon,” kata pernyataan dari kantor Netanyahu.
Pernyataan itu juga menegaskan bahwa “pemerintah Lebanon bertanggung jawab atas segala sesuatu yang terjadi di wilayahnya.” Netanyahu menegaskan bahwa “‘Israel’ tidak akan membiarkan warganya dan kedaulatannya diserang serta akan melakukan segala yang diperlukan untuk menjamin keamanan permukiman di utara.”
Sebelumnya, militer “Israel” mengumumkan bahwa pasukannya sedang melancarkan serangan terhadap target milik Hizbullah di Lebanon selatan. Militer juga menyatakan akan memberikan rincian lebih lanjut mengenai operasi tersebut.
Serangan Balasan atas Roket dari Lebanon
Pada Sabtu pagi, tentara “Israel” mengklaim telah mencegat tiga roket yang ditembakkan dari Lebanon ke wilayah utara. Ini merupakan serangan pertama dalam hampir empat bulan.
Media “Israel”, termasuk surat kabar Maariv, melaporkan bahwa tiga roket yang berhasil dicegat oleh sistem pertahanan Iron Dome merupakan bagian dari enam roket yang ditembakkan dari Lebanon. Tiga roket lainnya jatuh di dalam wilayah Lebanon.
Sebelumnya, Menteri Pertahanan Yisrael Katz memperingatkan bahwa setiap serangan terhadap Metula, kota di perbatasan utara “Israel”, akan dibalas dengan serangan ke Beirut. “Setiap serangan ke Metula akan dibalas dengan serangan ke ibu kota Lebanon, bukan hanya ke lokasi peluncuran di Lebanon selatan,” tegasnya.
Sementara itu, Kepala Staf Militer “Israel”, Eyal Zamir, berjanji akan merespons serangan roket dari Lebanon dengan “kekuatan penuh.”
Pelanggaran Gencatan Senjata dan Korban Jiwa
Sejak gencatan senjata mulai berlaku pada 27 November 2024, “Israel” telah melakukan 1.091 pelanggaran, yang menyebabkan 84 orang tewas dan sedikitnya 284 orang terluka, menurut data resmi Lebanon yang dikutip oleh Anadolu Agency.
Serangan “Israel” terhadap Lebanon dimulai pada 8 Oktober 2023 dan berkembang menjadi perang besar pada 23 September 2024. Hingga kini, agresi tersebut telah menewaskan 4.115 orang dan melukai 16.909 lainnya, termasuk banyak anak-anak dan perempuan. Sekitar 1,4 juta warga Lebanon juga terpaksa mengungsi akibat konflik ini.
Berdasarkan perjanjian gencatan senjata, “Israel” seharusnya menyelesaikan penarikan penuh dari Lebanon selatan pada 26 Januari 2025. Namun, mereka meminta perpanjangan hingga 18 Februari. Hingga saat ini, pasukan “Israel” masih menduduki lima bukit strategis di sepanjang garis biru perbatasan tanpa mengumumkan jadwal resmi untuk mundur.
(Samirmusa/arrahmah.id)