GAZA (Arrahmah.id) – Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu pada Jumat (9/2/2024) memerintahkan pasukan pendudukan untuk menyusun rencana ganda untuk mengevakuasi warga sipil Palestina dari kota Rafah di Gaza selatan yang padat dan mengalahkan Hamas, lansir Reuters.
Kantornya mengumumkan langkah tersebut ketika tekanan meningkat terhadap “Israel” atas ancamannya untuk melancarkan serangan darat ke Rafah, tempat lebih dari setengah dari dua juta pengungsi Palestina kini mengungsi, banyak dari mereka yang terkurung di pagar perbatasan dengan Mesir dan tinggal di tenda darurat.
Presiden AS Joe Biden pada Kamis (8/2) mengatakan tanggapan “Israel” terhadap serangan 7 Oktober yang dilakukan oleh kelompok perlawanan Palestina adalah “berlebihan” dan Washington mengatakan pihaknya tidak akan mendukung operasi militer apa pun yang dilancarkan di Rafah tanpa mempertimbangkan kepentingan warga sipil.
Kelompok-kelompok bantuan mengatakan akan ada tingginya korban jiwa warga Palestina jika pasukan “Israel” menyerbu Rafah, dan memperingatkan akan meningkatnya krisis kemanusiaan di kota yang terletak di perbatasan dengan Mesir tersebut.
“Tidak mungkin mencapai tujuan perang tanpa melenyapkan Hamas, dan dengan meninggalkan empat batalion Hamas di Rafah. Sebaliknya, jelas bahwa aktivitas yang intens di Rafah mengharuskan warga sipil mengevakuasi dari wilayah pertempuran,” kata kantor Netanyahu dalam sebuah pernyataan.
“Oleh karena itu, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah memerintahkan IDF [tentara “Israel”] dan lembaga keamanan untuk menyerahkan kepada Kabinet rencana gabungan untuk mengevakuasi penduduk dan menghancurkan batalion (Hamas).”
Pernyataan tersebut, yang dikeluarkan dua hari setelah Netanyahu menolak proposal gencatan senjata Hamas yang juga mempertimbangkan pembebasan tawanan perang yang ditahan oleh kelompok Palestina, tidak memberikan rincian lebih lanjut.
Rafah semakin menjadi fokus kampanye militer “Israel” di Gaza ketika pasukannya mengalihkan serangan mereka ke selatan.
“Perang tidak boleh dibiarkan terjadi di kamp pengungsi yang sangat besar,” kata Jan Egeland, sekretaris jenderal Dewan Pengungsi Norwegia, memperingatkan akan terjadinya “pertumpahan darah” jika operasi “Israel” meluas di sana. (zarahamala/arrahmah.id)