TEL AVIV (Arrahmah.id) – Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu pada Jumat (12/4) mengancam akan “memecat secara langsung” para personel militer yang menandatangani surat tuntutan penghentian perang demi pembebasan tawanan “Israel” di Gaza.
Pernyataan keras ini disampaikan Netanyahu menanggapi aksi ratusan tentara dan perwira cadangan dari angkatan udara, intelijen, artileri, dan angkatan laut yang dalam dua hari terakhir menandatangani surat terbuka mendesak dihentikannya perang yang telah berlangsung lebih dari 18 bulan, demi memulangkan para tawanan.
Dalam pernyataan resmi yang diterbitkan oleh kantornya dan dikutip kantor berita Anadolu, Netanyahu menegaskan bahwa militer yang menyerukan penghentian perang atau menolak bertugas akan segera “dikeluarkan dari dinas.”
“Siapa pun yang mendorong pemberontakan akan segera dipecat,” tegas Netanyahu. “Pemberontakan tetaplah pemberontakan, tidak peduli apa pun nama manis yang mereka sematkan padanya,” lanjutnya.
Netanyahu juga menuduh para penandatangan surat tersebut melakukan “penolakan tugas militer,” meski para penandatangan membantah tuduhan itu dan menyatakan bahwa seruan mereka semata untuk menyelamatkan tawanan yang masih hidup di Gaza.
Lebih lanjut, Netanyahu meremehkan arti penting dari surat-surat penolakan tersebut dan menyebutnya sebagai narasi yang berulang. “Surat yang sama diulang terus: kadang mengatasnamakan pilot, kadang veteran angkatan laut, dan kadang kelompok lainnya,” katanya.
Ia mengeklaim bahwa rakyat “Israel” tidak lagi percaya pada “kebohongan propaganda” yang disebutnya terus digaungkan oleh media massa, mengacu pada gelombang penolakan terhadap kebijakan perang yang ia pimpin.
“Surat-surat ini bukan ditulis oleh para pahlawan kita di medan tempur, tapi oleh sekelompok kecil yang terpinggirkan, dijalankan oleh LSM yang dibiayai dari luar negeri dengan satu tujuan: menjatuhkan pemerintahan sayap kanan,” tudingnya, tanpa menyebutkan nama organisasi apa pun.
Netanyahu juga meremehkan latar belakang militer para penandatangan surat, menyebut mereka sebagai “kelompok kecil pensiunan yang tidak saling terhubung,” dan mengklaim bahwa “mayoritas dari mereka bahkan sudah tidak bertugas selama bertahun-tahun di militer ‘Israel’.”
(Samirmusa/arrahmah.id)