TEL AVIV (Arrahmah.id) – Perdana Menteri “Israel” Benjamin Netanyahu menegaskan bahwa serangan besar-besaran di Gaza sejak dini hari ini “baru permulaan,” dan pemerintahannya akan terus berperang hingga semua sandera dibebaskan serta kelompok perlawanan Islam, Hamas, dihancurkan. Ia juga menekankan bahwa Gaza “tidak boleh lagi menjadi ancaman” bagi “Israel.”
Dalam pidato yang disiarkan televisi, Netanyahu menyatakan, “Tidak ada yang akan menghentikan kami untuk mencapai tujuan perang di Gaza… Tekanan militer adalah syarat utama untuk membebaskan para sandera.”
Ia menambahkan, “Kami telah mencapai pencapaian bersejarah dan sedang mengubah bentuk Timur Tengah,” seraya meminta warga “Israel” untuk mematuhi arahan dari Komando Front Dalam Negeri.
Menurut laporan Al Jazeera, sejak dini hari tadi, “Israel” kembali melancarkan agresinya di Gaza dengan serangkaian serangan udara dahsyat yang menyebabkan 429 orang syahid dan 528 lainnya terluka, menurut Kementerian Kesehatan di Gaza.
Klaim “Israel”
Di sisi lain, Hamas menegaskan bahwa pihaknya tidak menolak proposal yang diajukan oleh utusan kepresidenan AS Steve Witkoff dan menuduh Netanyahu melanjutkan “perang genosida” di Gaza demi menggagalkan kesepakatan yang telah ditandatangani pada Januari lalu.
Juru bicara Hamas, Abdul Latif al-Qanou, mengatakan dalam sebuah pernyataan, “Hamas terus berkomunikasi dengan para mediator dan menangani semua usulan untuk menghentikan agresi serta mencabut blokade dengan penuh tanggung jawab dan sikap positif.”
Ia menambahkan bahwa “proposal Witkoff telah ada di meja perundingan dan Hamas tidak menolaknya, justru menyikapinya dengan positif. Namun, Netanyahu melanjutkan perang untuk menggagalkan kesepakatan.”
Al-Qanou juga menyebut bahwa “pendudukan ‘Israel’ telah menutup perbatasan, memperketat blokade, melarang masuknya bantuan, serta menolak negosiasi tahap kedua demi menggagalkan kesepakatan dan melanjutkan perang.”
Ia menegaskan, “Hamas berkepentingan untuk melanjutkan kesepakatan dan akan tetap fleksibel serta positif dalam berurusan dengan para mediator guna menghentikan agresi terhadap rakyat kami dan memastikan ‘Israel’ mematuhi perjanjian.”
“Taktik Negosiasi”
Sementara itu, surat kabar The Washington Post mengutip pejabat “Israel” yang mengatakan bahwa pembaruan serangan udara “Israel” di Gaza adalah bagian dari “taktik negosiasi” untuk memaksa Hamas mengurangi tuntutannya dalam proses perundingan.
Menurut pejabat tersebut, jika Hamas memutuskan kembali ke meja perundingan untuk “pembicaraan serius,” maka serangan akan dihentikan. Selain itu, “Israel” telah menyiapkan beberapa opsi, termasuk serangan darat, yang akan digunakan tergantung pada perkembangan negosiasi.
Mengutip laporan Al Jazeera, seorang pejabat “Israel” mengatakan kepada surat kabar tersebut bahwa Tel Aviv menunggu untuk melihat apakah serangan ini akan mempengaruhi negosiasi sebelum melanjutkan serangan yang lebih besar.
Tahap pertama dari perjanjian gencatan senjata di Gaza yang berlangsung selama 42 hari telah berakhir pada awal Maret lalu. Namun, “Israel” mengingkari komitmennya untuk memasuki tahap kedua dan mengakhiri perang, yang telah menewaskan lebih dari 40.000 jiwa sejak agresi dimulai pada 7 Oktober 2023.
(Samirmusa/arrahmah.id)