WASHINGTON (Arrahmah.com) – Pada hari Senin (9/11), perdana menteri Israel Benjamin Netanyahu menyerukan segera dimulainya kembali pembicaraan damai dengan Palestina dan menjanjikan langkah-langkah untuk memperbaiki kondisi ekonomi di wilayah Palestina.
Netanyahu menegaskan kepada majelis kelompok Yahudi pandangan tentang perundingan perdamaian harus dimulai tanpa perlu prasyarat. Ia tetap tidak membahas topik mengenai membatasi pemukiman Yahudi di Tepi Barat.
Para pejabat Palestina bersikeras bahwa Israel harus membekukan aktivitas pemukiman sebelum melanjutkan perundingan damai.
“Saya yakin tidak boleh ada waktu yang terbuang; kita harus segera menuju perdamaian,” katanya dalam pidato di hadapan Federasi Yahudi Amerika Utara. “Saya ingin kembali menegaskan bahwa tujuan saya adalah ingin mweujudkan negosiasi yang tanpa akhir, bukan mewujudkan perundingan demi perundingan. Tujuan saya adalah untuk mencapai perjanjian perdamaian yang permanen antara Israel dan Palestina.”
Dia juga mengatakan Israel bersedia membuat “konsesi besar untuk perdamaian” tanpa mengorbankan keamanannya.
Netanyahu mengatakan telah terjadi ledakan kegiatan ekonomi yang tak tertandingi di Tepi Barat, dan hal ini, menurutnya, yang akan membuat hidup warga Palestina lebih baik. Ia menyatakan untuk pertama kalinya selama bertahun-tahun, bisnis, bank, dan industri mulai tumbuh. Restoran, teater, dan pusat perbelanjaan mulai menjamur. Ribuan lapangan pekerjaan di Palestina tercipta.
“Saya pikir kita bisa melakukan lebih banyak lagi dan saya berniat untuk melakukan yang lebih dari itu,” kata Netanyahu.
Perdana menteri mengatakan pemerintahnya akan berupaya mengambil langkah-langkah luar biasa untuk membatasi aktivitas pemukiman Yahudi di Tepi Barat.
“Tidak ada satupun pemerintah Israel yang begitu bersedia untuk mengendalikan kegiatan permukiman sebagai bagian dari upaya untuk melakukan kembali perundingan damai,” katanya.
Dialamatkan pada pemimpin Palestina, Mahmoud Abbas, Netanyahu menambahkan: “Marilah kita memanfaatkan waktu untuk mencapai kesepakatan yang sangat bersejarah. Mari kita mulai pembicaraan (damai) ini segera.”
Abbas mengumumkan pekan lalu bahwa ia tidak akan mencalonkan diri dalam pemilihan umum yang dijadwalkan Januari tahun mendatang, berhubung menurut Abbas, ia merasa gagal untuk menghidupkan kembali perundingan damai.
Palestina bersikeras bahwa mereka tidak akan terlibat dalam perundingan damai sampai Israel memenuhi komitmennya untuk membekukan – tidak hanya membatasi – aktivitas pemukiman di tanah Palestina.
Mengenai hal ini, Administrasi Obama mengatakan berada di pihak yang menentang perluasan terus-menerus permukiman Israel. Namun menteri luar negeri AS Hillary Rodham Clinton berpendapat dalam kunjungannya ke Timur Tengah pekan lalu bahwa sikap keras kepala Israel bisa dilihat sebagai langkah pertama menuju negosiasi yang nantinya memungkinkan dilakukannya penghentian aktivitas pemukiman.
Atas pernyataannya itu, Clinton telah meningkatkan kemarahan dari negara-negara Arab.
Sebuah pernyataan yang dikeluarkan oleh kantor Menteri Pertahanan Israel, Ehud Barak mengatakan dia bertemu di Washington dengan sejumlah pejabat pertahanan AS. Barak mengatakan Israel sedang berusaha keras agar dapat segera memperbarui pembicaraan damai dengan Palestina.
“Israel harus bertindak dengan semua kekuatan untuk mencapai kesepakatan dengan negara tetangga,” kata Barak.
“Sangat penting untuk meminta Presiden Obama dan Amerika Serikat segera membuka negosiasi. Amerika Serikat merupakan negara yang sangat berkuasa dan presiden Obama memiliki kesempatan yang terbilang langka untuk mencapai perdamaian. Semua alternatif lain mungkin akan jauh lebih buruk.”
Menurut sumber yang sama, Barak direncanakan untuk bertemu dengan menteri pertahanan AS, Robert Gates, Senin depan. (althaf/ansr/arrahmah.com)