DARAA (Arrahmah.com) – Negosiasi gencatan senjata telah dimulai di Daraa setelah serangan yang menewaskan 28 orang, termasuk 11 warga sipil, kata pemantau perang pada Jumat (30/7/2021).
Bentrokan pada hari Kamis (29/7) antara pasukan pemerintah dan pihak oposisi menandai salah satu hari paling mematikan pertempuran di Suriah dalam beberapa bulan terakhir.
Namun kedua pihak akhirnya menahan diri untuk tidak meningkatkan serangan menyusul adanya pembicaraan untuk menghentikan pertempuran, kata Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), dilansir AFP (29/7).
Menurut SOHR, negosiasi antara tentara Suriah, pejabat keamanan, dan komite warga Daraa yang dibentuk setelah bentrokan, berada di bawah tekanan dari Rusia dan masih harus dilihat apakah kesepakatan gencatan senjata tercapai, kata pemantau itu.
Pada pertempuran yang diawali tentara rezim, dibalas pihak oposisi dengan melancarkan serangan balik yang besar, merebut beberapa posisi rezim di seluruh provinsi, dan menangkap lebih dari 40 tentara dan milisi.
Pada pertempuran kemarin, tak kurang 28 orang tewas, termasuk delapan tentara rezim, dan sembilan pria bersenjata yang berafiliasi dengan kelompok oposisi.
Penembakan oleh tentara di beberapa bagian Daraa juga menewaskan 11 warga sipil, termasuk beberapa anak-anak.
SOHR mengatakan bentrokan itu adalah yang paling sengit dan paling luas yang melanda Daraa sejak berada di bawah kendali pemerintah.
Pasukan Suriah yang didukung Rusia dan pasukan sekutu merebut kembali Daraa dari pemberontak pada 2018, sebuah pukulan simbolis bagi pemberontakan anti-pemerintah yang lahir di kota itu pada 2011.
Banyak mantan pejuang oposisi tetap tinggal di Daraa, menolak evakuasi di bawah kesepakatan yang ditengahi Moskow. Beberapa bergabung dengan tentara, yang lain tetap mengendalikan sebagian provinsi.
Perang di Suriah telah menewaskan hampir 500.000 orang dan membuat jutaan orang mengungsi sejak dimulai pada 2011. (hanoum/arrahmah.com)