GAZA (Arrahmah.id) – Seorang pejabat Hamas mengatakan pembunuhan kepala biro politik gerakan itu Ismail Haniyeh tidak akan mengubah arah negosiasi dengan ‘Israel’.
“Jika pembunuhan Haniyeh merupakan salah satu tujuan Netanyahu untuk mengubah arah negosiasi, dia sedang mengalami delusi,” kata Osama Hamdan kepada kantor berita Anadolu.
Ia mengatakan “dasar negosiasi sudah ditetapkan”, dan orang-orang yang bernegosiasi di bawah Haniyeh akan terus bekerja “dengan kepala biro politik baru, Yahya Sinwar,” yang hadir dalam semua rincian negosiasi.” Hamas menunjuk Sinwar sebagai kepala politik barunya pada Selasa (6/8/2024) untuk menggantikan Haniyeh, yang dibunuh di Teheran pada 31 Juli.
“Negosiasi tersebut dikelola oleh pimpinan, dan Sinwar tidak jauh dari proses negosiasi. Dia menjadi bagian dari rinciannya,” jelas Hamdan.
“Masalahnya adalah ‘Israel’”
Hamas dan Iran menuduh ‘Israel’ melakukan pembunuhan Haniyeh, tetapi Tel Aviv belum mengonfirmasi atau membantah bertanggung jawab.
“Proses negosiasi akan terus berlanjut,” tegas Hamdan, seraya menambahkan bahwa “masalahnya bukan Hamas, tetapi ‘Israel’, (Perdana Menteri Benjamin) Netanyahu, dan AS, yang tidak tulus dalam mediasinya atau dalam upayanya mendorong gencatan senjata.”
Selama berbulan-bulan, AS, Qatar, dan Mesir telah berupaya mencapai kesepakatan antara ‘Israel’ dan Hamas untuk memastikan pertukaran tahanan dan gencatan senjata serta mengizinkan bantuan kemanusiaan memasuki Jalur Gaza yang terkepung.
Tetapi upaya mediasi terhenti karena penolakan Netanyahu untuk memenuhi tuntutan Hamas untuk menghentikan perang.
Berkomitmen pada Gencatan Senjata
Hamdan menekankan Hamas akan tetap berkomitmen untuk berupaya mencapai gencatan senjata di Gaza, penarikan penuh ‘Israel’, mengakhiri pengepungan, membangun kembali daerah kantong itu dan menukar tahanan.
Sinwar “akan terus bergerak ke arah ini,” tambahnya.
“Sinwar memiliki tingkat fleksibilitas tinggi dalam mengelola urusan publik dan melindungi hak-hak rakyat Palestina.”
Sinwar ada dalam daftar pembunuhan ‘Israel’, dengan Tel Aviv menuduhnya mendalangi operasi perlawanan 7 Oktober, yang mendorong ‘Israel’ untuk melancarkan kampanye militer yang menghancurkan di Jalur Gaza yang telah menewaskan lebih dari 39.600 orang, menurut otoritas kesehatan Gaza.
Hamas bersikap fleksibel dalam perundingan untuk mencapai kesepakatan gencatan senjata di Gaza, kata Hamdan, seraya menambahkan “Netanyahu tahu betul bahwa upayanya untuk menghindar tidak akan berhasil.”
Pada Senin (5/8), menteri luar negeri Qatar, Mesir dan AS mengadakan pembicaraan terpisah untuk membahas upaya mediasi mereka dan pentingnya mencapai gencatan senjata di Gaza, lapor Anadolu. (zarahamala/arrahmah.id)