TROMSO (Arrahmah.com) – Muslim yang tinggal di Lingkaran Arktik bisa jadi mengikuti pedoman baru tahun ini dalam upaya untuk mengatasi tantangan siang hari yang panjang di kawasan itu.
Ramadhan tahun ini dimulai pada 18 Juni, tiga hari sebelum hari terpanjang tahun ini yaitu pada 21 Juni, ketika beberapa bagian di wilayah ini memiliki matahari bersinar selama 24 jam, yang merupakan tantangan bagi mereka yang sedang menjalankan ibadah puasa yang membutuhkan waktu untuk berbuka karena tidak memiliki waktu terbenam, sebagaimana dilansir oleh Wolld Bulletin, Jum’at (19/62015).
Akibatnya banyak Muslim yang tinggal di negara-negara di wilayah Nordik, yang meliputi Denmark, Islandia, Finlandia, Norwegia, dan Swedia, telah meminta beberapa saran agama dan klarifikasi tentang waktu yang tepat bagi ummat Islam untuk berbuka puasa.
Muhammad Kharraki, juru bicara Asosiasi Islam Swedia, mengatakan kepada Agence France-Presse: “Kami punya dua pertanyaan yang sulit, tidak hanya ketika Anda bisa berbuka di wilayah utara tetapi juga ketika Anda harus mulai berpuasa. Anda seharusnya mulai puasa sebelum matahari terbit, saat fajar. Tetapi tidak ada waktu fajar yang nyata pada bulan-bulan musim panas di Stockholm.“
Tahun ini, untuk pertama kalinya dalam sejarah komunitas Muslim yang berkembang di wilayah itu, matahari tidak akan berhenti bersinar di sebagian besar hari selama bulan Ramadhan.
Dalam sebuah artikel di The Atlantic, Hassan Ahmad, seorang warga Muslim yang bekerja di Pusat Kajian Islam Norwegia Utara mengatakan, “matahari tidak terbenam. Selama 24 jam matahari berada di tengah-tengah langit.”
Dihadapkan dengan kemustahilan mengikuti aturan matahari terbit / terbenam, Muslim Tromsø harus menemukan cara-cara alternatif untuk menentukan saat untuk berpuasa.
“Kami memiliki fatwa, atau keputusan ulama,” kata Ahmad.
“kami bisa menyesuaikan waktu puasa ke negara-negara Islam terdekat, atau kami bisa menyesuaian waktu puasa dengan Makkah.”
“Karena kami tetap melihat matahari hingga tengah malam selama bulan Ramadan tahun ini, kami memilih mengikuti jadwal Makne, kah,” kata Sandra Maryam Moe, seorang mualaf Norwegia dan pengelola pusat komunitas Islam dan masjid Tromsø, Alnor.
Ini berarti bahwa jika matahari terbit di Mekah pada pukul 5:00 pagi, warga Tromso juga akan mulai berpuasa pada pukul 5 pagi waktu setempat.
Selain menjadi pilihan simbolik, lanjut Moe, mengikuti jadwal Mekah, juga memberikan manfaat praktis. “Waktu matahari terbit dan terbenam sangat stabil di sana, sehingga membuat aktivitas shalat dan berpuasa cukup seimbang,” katanya.
Sehingga, saat matahari sudah terbenam di Mekah, Muslim di Tromso berkumpul di Masjid Alnor untuk berbuka. Di masjid yang merupakan salah satu masjid paling utara di dunia. Para jamaah berbuka puasa dengan melihat matahari yang masih bersinar dengan teriknya.
Meski demikian, masalah ummat Muslim di kota ini bukan hanya matahari yang tak pernah terbenam. Di musim dingin, mereka justru mengalami masalah sebaliknya yang justru mempengaruhi jadwal salat mereka, yaitu mereka tidak pernah melihat matahari terbit.
Oleh karenanya, Moe menyatakan komunitas Muslim di kota ini lebih memilih mengikuti jadwal dari Saudi sepanjang tahun.
(ameera/arrahmah.com)