(Arrahmah.com) – Negara-negara Asia Tenggara tengah berupaya untuk mengurangi sampah plastik dan mencoba mendaur ulang produk-produk plastik, terutama menjelang Hari Bumi pada 22 April. Meskipun demikian, Vietnam, Laos, Kamboja, dan Myanmar dianggap gagal dalam upaya ini, seperti dilansir RFA.
Dimulai pada 1970 lalu, Hari Bumi yang merupakan gerakan lingkungan terbesar di dunia merayakan hari tersebut dengan lebih dari satu milyar di 192 negara, termasuk di antaranya adalah negara-negara Asia Tenggara di mana polusi plastik adalah sebuah masalah besar.
Setelah Cina memutuskan tahun ini untuk berhentik menerima plastik scrap kualitas rendah dari Barat dan Jepang untuk didaur ulang, negara-negara seperti Malaysia, Vietnam, Indonesia, dan Thailand yang telah menarik investor Cina dalam hal mendaur ulang plastik, langkah untuk menerima pekerjaan memproses sampah plastik telah disetujui.
Sementara itu, negara-negara Asia Tenggara sedang berupaya untuk mendaur ulang tumpukan sampah plastik mereka, kebanyakan berahir di lahan tempat pembuangan atau saluran air.
Pada 2017, orang-orang di Hanoi dan Saigon, dua kota terbesar di Vietnam, mebuang sekitar 80 ton sampah plastik, termasuk tas plastik, menurut sebuah laporan dari Kementerian Sumber Daya Alam dan Lingkungan Vietnam.
Sampah plastik, yang disebut “Polusi Putih” oleh pakar-pakar lingkungan Vietnam, menyumbang tujuh atau delapan persen dari 4.000-5.000 ton sampah yang dibuang oleh para penduduk Hanoi setiap harinya.
“Yang jadi masalah terutama adalah kantung plastik, khususnya dari bahan polimer, karena ketika mereka mengurai menjadi bagian-bagian kecil polimer, hal itu membuat tanah menjadi kering,” ujar Ho Son Lam, direktur Akademi Sains dan Teknologi, kepada RFA cabang Vietnam. “Lama-kelamaan, daerah yang terkena berubah menjadi gurun. Itu adalah isu yang paling penting.”
Pakar lingkungan Vietnam Hoang Duong mengatakan kepada media nasional Vietnam bahwa sampah plastik tidak hanya terlihat kotor, teapi juga bisa menyebabkan penyumbatan pada sumber air.
“Perlu ratusan tahun bagi plastik untuk mengurai sepenuhnya,” ujarnya.
Akibat dari semakin banyaknya sampah plastik, banyak kota dan provinsi telah meluncurkan kampanye untuk menghilangkan kantong plastik.
Pada tahun 2013, sebuah serikat wanita di desa Co Nghia di provinsi Hoa Binh di Vietnam utara memulai program yang menghilangkan penggunaan kantong plastik untuk melindungi lingkungan. (siraaj/arrahmah.com)