(Arrahmah.id) – “Israel” telah mengklaim bahwa pasukannya telah membunuh pemimpin Hamas, Yahya Sinwar, dalam sebuah serangan di Jalur Gaza selatan.
Militer “Israel” pada Kamis (17/10/2024) mengonfirmasi kematian Sinwar, namun Hamas belum mengomentari klaim tersebut.
Menurut pernyataan militer “Israel”, Sinwar gugur pada Rabu setelah tentara “menewaskan tiga pejuang”.
Pada Agustus, Hamas menunjuk pemimpinnya di Gaza, Sinwar, sebagai kepala biro politik kelompok tersebut untuk menggantikan Ismail Haniyeh, yang dibunuh dalam sebuah kunjungan ke Iran pada 31 Juli.
Berikut adalah reaksi beberapa negara atas berita kematian Sinwar, seperti dilansir Al Jazeera:
Israel
Perdana Menteri Benjamin Netanyahu mengatakan bahwa “Israel” telah “menyelesaikan urusannya” dengan Sinwar, namun “perang belum berakhir”.
Netanyahu mengklaim dalam sebuah pidato yang disiarkan televisi bahwa “cahaya mengalahkan kegelapan” di wilayah tersebut dan bahwa kematian Sinwar merupakan “tonggak penting” dalam kemunduran kelompok tersebut.
Hamas tidak akan lagi memerintah Gaza, katanya.
Menteri Luar Negeri “Israel” Katz menyebut tewasnya Sinwar sebagai “pencapaian militer dan moral bagi tentara Israel”, sementara Benny Gantz, ketua Partai Persatuan Nasional “Israel”, mengucapkan selamat kepada militer Israel.
“Ini adalah pencapaian penting dengan pesan yang jelas -kami akan mengejar musuh-musuh kami sampai akhir, kapan pun dan di mana pun,” tulis Gantz di platform media sosial X.
Ia mengatakan bahwa militer Israel “akan terus beroperasi di Jalur Gaza untuk tahun-tahun mendatang, dan sekarang serangkaian pencapaian dan penyingkiran Sinwar harus dimanfaatkan untuk mewujudkan kembalinya para tawanan dan penggantian kekuasaan Hamas”.
Keluarga para tawanan “Israel”
Kelompok kampanye “Israel”, Forum Keluarga Tawanan dan Orang Hilang, menyambut baik pernyataan tentara “Israel”, dengan mengatakan bahwa kematian Sinwar akan membantu “mengamankan” pembebasan para tawanan yang masih berada di Gaza.
Forum ini “menyambut baik gugurnya Yahya Sinwar dan mendesak untuk memanfaatkan pencapaian besar ini untuk mengamankan kembalinya para tawanan,” katanya dalam sebuah pernyataan.
Amerika Serikat
Presiden Joe Biden mengatakan bahwa kematian Sinwar menandai sebuah momen yang melegakan bagi warga “Israel” dan memberikan kesempatan untuk “hari esok” di Gaza tanpa adanya kelompok Hamas yang berkuasa.
“Yahya Sinwar merupakan hambatan yang tidak dapat diatasi untuk mencapai semua tujuan itu. Hambatan itu sudah tidak ada lagi. Namun masih banyak pekerjaan yang harus dilakukan,” kata Biden dalam sebuah pernyataan.
“Saya akan segera berbicara dengan Perdana Menteri Netanyahu dan para pemimpin “Israel” lainnya untuk mengucapkan selamat kepada mereka, untuk mendiskusikan jalan untuk membawa pulang para sandera kepada keluarga mereka, dan untuk mengakhiri perang ini untuk selamanya, yang telah menyebabkan begitu banyak kerusakan pada orang-orang yang tidak berdosa,” kata Biden.
Wakil Presiden Kamala Harris memuji kematian Sinwar dan mengatakan bahwa ini adalah kesempatan untuk “akhirnya mengakhiri perang di Gaza”.
“Keadilan telah ditegakkan,” klaim Harris kepada para wartawan. “Sinwar bertanggung jawab atas pembunuhan ribuan orang tak berdosa, termasuk para korban 7 Oktober dan para sandera yang terbunuh di Gaza,” lanjutnya mengklaim.
“Hari ini saya hanya bisa berharap bahwa keluarga korban Hamas merasakan kelegaan,” tambahnya.
Mike Johnson, Ketua DPR dari Partai Republik, juga memuji klaim “Israel” bahwa Sinwar telah terbunuh, dan mengatakan bahwa kematiannya telah membawa “kelegaan” bagi rakyat “Israel”.
Pemimpin Mayoritas Senat AS dari Partai Demokrat Chuck Schumer mengatakan bahwa “keyakinan dan tindakan Sinwar telah menyebabkan begitu banyak penderitaan bagi rakyat ‘Israel’ dan Palestina”.
Iran
Misi negara itu untuk PBB mengatakan saat-saat terakhir Sinwar akan menjadi model perlawanan terhadap “Israel”.
“Ketika umat Islam memandang Martir Sinwar yang berdiri di medan perang -dengan pakaian tempur dan berada di tempat terbuka, bukan di tempat persembunyian, menghadapi musuh- semangat perlawanan akan diperkuat,” tulis misi tersebut dalam sebuah tulisan di X.
“Dia akan menjadi model bagi para pemuda dan anak-anak yang akan meneruskan jalannya menuju pembebasan Palestina,” kata misi tersebut, seraya menambahkan bahwa ”selama pendudukan dan agresi masih ada, perlawanan akan terus berlanjut, karena martir tetap hidup dan menjadi sumber inspirasi.”
Uni Eropa
Josep Borrell, kepala kebijakan luar negeri blok 27 negara itu, menggambarkan Sinwar sebagai “penghalang bagi gencatan senjata yang sangat dibutuhkan dan pembebasan semua sandera tanpa syarat”.
“Yahya Sinwar adalah seorang ‘teroris’, yang terdaftar di Uni Eropa, yang bertanggung jawab atas serangan keji 7/10,” klaimnya di X.
“Harus ada penghentian kekerasan, pembebasan sandera [dan] penghentian penderitaan warga Palestina.”
Jerman
Menteri Luar Negeri Jerman, Annalena Baerbock, dalam sebuah pernyataan, mencap Sinwar sebagai “pembunuh yang kejam dan ‘teroris’.”
Dia mengatakan Hamas harus “segera membebaskan semua sandera” dan “meletakkan senjata”.
Prancis
Presiden Emmanuel Macron mengatakan bahwa Sinwar “adalah orang yang paling bertanggung jawab atas serangan ‘teroris’ dan tindakan biadab pada 7 Oktober”.
“Prancis menuntut pembebasan semua sandera yang masih ditahan oleh Hamas,” tulis Macron di akun X nya.
NATO
Sekretaris Jenderal Mark Rutte mengatakan kepada para wartawan dalam sebuah konferensi pers di Brussels bahwa “jika dia telah meninggal, saya pribadi tidak akan merindukannya,” mengacu pada Sinwar.
Italia
Perdana Menteri Giorgia Meloni mengatakan “dengan kematian Yahya Sinwar, orang yang bertanggung jawab atas serangan 7 Oktober sudah tidak ada lagi.”
“Saya yakin bahwa fase baru harus dimulai: sudah waktunya bagi semua sandera untuk dibebaskan, gencatan senjata harus segera diproklamirkan dan rekonstruksi Gaza harus dimulai.”
Inggris
Perdana Menteri Keir Starmer mengatakan bahwa Inggris “tidak akan berduka” atas kematian Sinwar.
Starmer mengutuk dalang dari serangan 7 Oktober dan mengatakan bahwa pikirannya bersama dengan keluarga korban.
“Pembebasan semua sandera, gencatan senjata segera dan peningkatan bantuan kemanusiaan sudah lama ditunggu-tunggu sehingga kita dapat bergerak menuju perdamaian jangka panjang dan berkelanjutan di Timur Tengah,” tambahnya. (haninmazaya/arrahmah.id)