BRUSSELS (Arrahmah.com) – Aliansi militer salibis NATO menunda keputusan untuk mengakhiri operasi udara di Libya hingga Jumat setelah para penguasa baru Libya meminta penambahan waktu, kata sejumlah diplomat pada hari Rabu (26/10/2011).
Pasca tewasnya Gaddafi pekan lalu, badan pembuat keputusan NATO, Dewan Atlantik Utara (NAC), diperkirakan akan menetapkan tanggal 31 Oktober sebagai tanggal untuk mengakhiri perang udara yang berlangsung selama tujuh bulan.
“Para petinggi NAC akan bertemu pada hari Jumat ini untuk membahas misi Libya dan mengambil keputusan resmi,” kata juru bicara NATO, Oana Lungescu, dikutip AFP.
Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen terus konsultasi dengan PBB dan pemimpin Dewan Nasional Transisi Libya, Lungescu kata.
Para utusan Aliansi mengambil keputusan awal pekan lalu untuk mengakhiri misi pada akhir bulan ini setelah Gaddafi dibunuh oleh pasukan NTC di kampung halamannya di Sirte.
Tapi sementara pemimpin sementara Libya, Abdel Jalil Mustafa, meminta NATO, pada hari Rabu (26/10), untuk tinggal sampai akhir tahun. Seorang pejabat tinggi NTC lainnya, Ali Tarhuni, mengatakan pada Selasa (25/10), ia ingin NATO melakukan misi setidaknya satu bulan lagi.
Namun, Lungescu mengatakan ia tidak tahu bahwa NTC sudah memberikan permintaan resmi dari NTC. “Sejauh yang saya tahu, belum ada permintaan resmi,” katanya.
Alasan lain dari penundaan keputusan ini adalah usulan Rusia agar NATO berkonsultasi lebih lanjut dengan Dewan Keamanan PBB.
“Rusia menginginkan Dewan Keamanan untuk berdiskusi mengenai situasi di Libya sebelum pertemuan NATO,” kata seorang diplomat.
Seorang diplomat lainnya mengatakan Rusia ingin resolusi PBB yang menyerukan diakhirinya operasi udara yang dilakukan oleh NATO di bawah resolusi yang dikeluarkan sebelumnya. (althaf/arrahmah.com)