PRISTINA (Arrahmah.id) – Misi NATO di Kosovo (KFOR) telah menolak permintaan pemerintah Serbia untuk mengirim hingga 1.000 personel polisi dan tentara ke Kosovo menyusul serentetan bentrokan antara otoritas Serbia dan Kosovo, kata Presiden Aleksandar Vucic pada Ahad (8/1/2023).
Bekas provinsi Serbia ini mendeklarasikan kemerdekaan pada 2008 setelah perang 1998-1999 di mana NATO mengebom Yugoslavia yang terdiri dari Serbia dan Montenegro untuk melindungi Kosovo yang mayoritas penduduknya Albania.
“Mereka (KFOR) menjawab bahwa mereka menganggap tidak perlu mengembalikan tentara Serbia ke Kosovo, mengutip resolusi PBB yang menyetujui mandat mereka di Kosovo,” kata Vucic dari Serbia dalam sebuah wawancara dengan televisi swasta Pink.
Bulan lalu, untuk pertama kalinya sejak akhir perang, Serbia meminta untuk mengerahkan pasukan di Kosovo selama serentetan bentrokan antara otoritas Kosovo dan Serbia di wilayah utara di mana mereka merupakan mayoritas.
Resolusi Dewan Keamanan PBB menyatakan bahwa Serbia dapat diizinkan, jika disetujui oleh KFOR, untuk menempatkan personelnya di perlintasan perbatasan, situs keagamaan Kristen Ortodoks, dan area dengan mayoritas Serbia.
Vucic mengkritik KFOR karena memberi tahu Serbia tentang keputusannya pada malam Natal Kristen Ortodoks, setelah polisi Kosovo menangkap seorang tentara yang sedang tidak bertugas yang diduga menembak dan melukai dua pemuda Serbia di dekat kota Shterpce.
Otoritas Kosovo mengutuk insiden itu.
Polisi mengatakan kedua korban, berusia 11 dan 21 tahun, dibawa ke rumah sakit dan luka mereka tidak mengancam jiwa.
Media Serbia melaporkan bahwa pemuda lain diduga diserang dan dipukuli oleh sekelompok orang Albania pada Sabtu pagi (7/1) saat dia kembali dari misa di gereja.
Pejabat Serbia menyebut insiden itu sebagai “aksi teroris”, dengan mengatakan bahwa mereka menunjukkan jika orang Serbia tidak diinginkan di Kosovo dan mengumumkan protes di Shterpce pada Ahad (8/1).
Organisasi internasional mengutuk serangan itu, yang diperkirakan akan memperdalam ketidakpercayaan antara mayoritas etnis Albania dan sekitar 100.000 etnis Serbia yang tinggal di Kosovo. Separuh dari mereka tinggal di utara dan sebagian besar menolak mengakui kemerdekaan Kosovo.
Separuh lainnya tinggal di bagian lain negara itu, seperti Shterpce, dan sebagian besar mengakui pemerintahan Pristina dan mengambil bagian dalam kehidupan politik. (zarahamala/arrahmah.id)