KABUL (Arrahmah.com) – Sebuah survei memperlihatkan peningkatan tajam dalam serangan militer tengah malam yang dilakukan oleh pasukan salibis pimpinan Amerika Serikat di Afghanistan, meskipun para pejabat Afghan menentangnya.
Open Society Foundation yang berbasis di New York menyatakan bahwa laporan terakhirnya yang dipublikasikan pada Senin (19/9/2011) bahwa pasukan pimpinan AS melakukan rata-rata 19 serangan dalam satu malam antara Desember 2010 dan Februari 2011.
Pejabat Afghan, termasuk Presiden Hamid Karzai, telah mengkritik operasi tengah malam dengan mengatakan bahwa operasi semacam ini sangat mengganggu privasi warga sipil Afghanistan dan memperbesar kemarahan warga terhadap pasukan asing.
Para peneliti Open Sociaty juga mewawancara salah seorang pejabat NATO pada bulan April ketika sebanyak 40 operasi dilakukan setiap malam di Afghanistan.
Laporan itu pun menjelaskan bahwa serangan malam ini merupakan taktik pengecut yang hanya akan meningkatkan ketidakpuasan dan ketidakpercayaan warga dan pemerintah Afghan.
Temuan ini tentu saja berpotensi mengganggu ‘ketentraman’ NATO yang kejahatan dan kebengisannya kian hari kian terkuak. Pasukan salibis NATO tak jarang menganiaya perempuan Afghan atau menodai kesucian Al Quran.
“Meningkatnya operasi tengah malam ini seolah telah menyeret perang hingga ke rumah-rumah sehingga hal ini memicu reaksi besar di antara penduduk Afghanistan,” kata laporan itu.
“Keluhan akibat serangan malam ini telah merusak hubungan Afghanistan dengan mitra internasional, khususnya Amerika Serikat.”
Korban sipil yang disebabkan oleh serangan NATO telah menjadi sumber utama ketegangan antara pemerintah Karzai dan aliansi pimpinan AS.
AS menyerbu Afghanistan dengan dalih membatasi gerak Taliban dan membawa perdamaian serta stabilitas di kawasan tersebut. Namun, setelah sekitar satu dekade, wilayah ini tetap tidak stabil dan justru perlawanan rakyat Afghan dan mujahidin semakin besar. (althaf/arrahmah.com)