TRIPOLI (Arrahmah.com) – NATO telah gagal untuk melakukan investigasi yang tepat atau bahkan tidak memberikan kompensasi pada warga sipil yang tewas akibat serangan udara mereka di Libya yang berlangsung selama tujuh bulan untuk menurunkan diktator Libya, Muammar Gaddafi, Amnesti Internasional menyatakan pada Senin (19/3/2012).
Mengulangi kritis serupa yang disampaikan oleh Rusia bulan lalu Amnesti menyatakan bahwa sejumlah besar warga Libya yang tidak terlibat dalam konflik terbunuh atau terluka akibat aksi bombardir yang dilakukan oleh salibis NATO. Namun, NATO sendiri cenderung enggan untuk melakukan investigasi atas kematian tersebut.
“Para pejabat NATO terus mengulang-ulang komitmen palsu mereka untuk melindungi warga sipil,” kata Donatello Rovera, Penasihat Senior di Amnesti, dalam sebuah pernyataan.
“Mereka tidak bisa menyepelekan kematian sejumlah warga sipil dengan hanya memberikan beberapa pernyataan penyesalan tanpa menyelidiki insiden-insiden mematikan tersebut.”
Misi militer NATO, yang disahkan oleh Dewan Keamanan PBB, dimulai pada 31 Maret tahun lalu dengan tujuan melindungi warga sipil dari ancaman serangan.
Pasukan NATO melakukan 26.000 serangan sebelum operasi berakhir pada 31 Oktober.
Penyidik untuk Dewan HAM PBB menyimpulkan awal bulan ini bahwa NATO telah menyebabkan kematian warga sipil tetapi telah mengambil tindakan pencegahan yang luas untuk memastikan warga sipil tidak terbunuh.
Sementara itu, korban dan keluarga korban yang diwawancarai oleh Amnesti mengatakan bahwa mereka belum pernah dihubungi oleh NATO sekalipun. (althaf/arrahmah.com)