KABUL (Arrahmah.com) – Perwakilan bagian sipil NATO di Afghanistan telah memperingatkan bahwa 2010 akan menjadi tahun yang membawa lebih banyak korban dan memperkirakan akan banyak sekali kekerasan yang terjadi saat pihaknya memerangi Taliban.
Tapi Mark Sedwill, diplomat senior Inggris yang mewakili koalisi dalam hal-hal non-militer, meramalkan bahwa tahun ini juga akan terjadi titik balik dalam konflik Afghanistan, seiring dengan diperkuatnya strategi politik dan kekuatan tempur NATO.
Sembari memperkirakan bahwa pasukan internasional akan berjuang antara tiga sampai lima tahun lagi, Sedwill mengatakan kepada BBC: “Tahun ini akan menjadi tahun lain yang sangat menantang.”
“Saya yakin akan ada lebih banyak korban, dan akan ada banyak sekali kekerasan. Itulah yang saya takutkan dari konflik.”
“Namun menurut pandangan saya sendiri, kami mungkin masih akan memiliki pasukan yang ada di garis depan pertempuran di wilayah ini hingga tiga tahun mendatang, mungkin tiga sampai lima tahun yang akan datang,” tambahnya.
Sedwill meramalkan bahkan setelah pasukan berangkat, bahkan Afghanistan akan memerlukan bantuan pembangunan dari asing selama “20, 30, atau 40 tahun lamanya.”
Namun, Liam Fox, dari kementerian pertahanan Inggris, mengatakan bahwa sekutu NATO termasuk Jerman telah gagal untuk memberikan bantuan dana maupun militer di Afghanistan.
Pemerintah Konservatif Inggris akan berusaha mereformasi NATO sehingga negara-negara anggota yang memiliki sedikit pasukan di Afghanistan pun tetap harus melakukan pembayaran tunai untuk sama-sama menanggung beban pertempuran.
Fox mengatakan kepada Sunday Times: “Militer kami harus kehilangan pasukan dengan jumlah yang tidak proporsional dan para pembayar pajak kami pun harus menanggung beban keuangan yang tidak proporsional. (Pada saat yang sama) beberapa negara tidak mau berperang atau bahkan mendanai (peperangan).” (althaf/tlgrph/arrahmah.com)