ISTANBUL (Arrahmah.com) – Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen, pada hari Jumat (5/2) memperkirakan akan ada lebih banyak pertempuran di Afghanistan.
“Militan dan teroris akan terus berusaha untuk membunuh prajurit Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) dan tentara Afghan yang tidak bersalah,” kata Rasmussen dalam pertemuan informal para menteri pertahanan NATO dengan negara kontributor ISAF non-NATO di Istanbul.
Pada konferensi pers yang dilakukan tak lama setelah pertemuan, pemimpin NATO ini mengatakan bahwa dalam beberapa hari mendatang akan bisa disaksikan pertunjukan kemampuan militer Afghanistan yang didukung NATO melalui serangkaian operasi di Helmand Tengah.
Namun, ia tidak memberikan rincian mengenai operasi militer itu dengan alasan keamanan. Namun, ia bersumpah bahwa “terorisme tidak akan menemukan tempat berlindung yang aman” di Afghanistan.
Dia juga mengatakan bahwa 36 negara telah memberikan kontribusi ISAF sekarang menawarkan pengiriman lebih banyak pasukan ke Afghanistan.
“Puluhan ribu pasukan tambahan saat ini sedang disebarkan ke Afghanistan,” tambahnya.
Menurut NATO, terdapat 43 negara yang telah menyumbang total 85.795 pasukan untuk ISAF di Afghanistan.
ISAF telah ditempatkan sejak tahun 2001 di bawah kekuasaan Dewan Keamanan PBB untuk membantu pemerintah Afghanistan dalam pemeliharaan keamanan di Kabul dan sekitarnya.
NATO mengambil komando ISAF pada Agustus 2003 setelah menerima permintaan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa dan pemerintah Afghanistan.
Rasmussen berkata “Jumlah dan kemampuan pasukan keamanan Afghanistan saat ini terus berkembang. Pelatihan Misi NATO di Afghanistan sekarang sudah mulai dilakukan dan berjalan sebagaimana mestinya.”
“Dan transisi ke militer Afghanistan akan mulai tahun ini,” tambahnya.
“Tidak diragukan akan 2010 akan menjadi tahun yang menantang … Tahun ini juga merupakan tahun dimana kami harus mulai melihat masa depan Afghanistan terbentuk,” katanya.
Rasmussen pun melanjutkan ucapannya, “NATO dan mitra kami akan memainkan peran maksimal dalam membuat masa depan menjadi kenyataan.”
Berbicara tentang transisi di Afghanistan, ia menegaskan “akan didasarkan pada kondisi di lapangan, bukan kalender. Kondisi itu bisa jadi kondisi politik dan militer.”
“Tentu saja, semua ini akan dilakukan melalui konsultasi yang erat dengan pemerintah Afghanistan dan para pemilik kepentingan internasional,” tambahnya.
Para menteri pertahanan dan perwira senior militer dari 44 negara berkumpul untuk pertemuan dua hari yang berfokus pada isu Afghanistan.
Rasmussen mengatakan, “Kami di sini untuk membicarakan operasi kami di Afghanistan. Setelah kesulitan tahun 2009, kami akan melihat momentum baru pada tahun 2010. Dan itu sudah dimulai.”
Tak ketinggalan Presiden tuan rumah Abdullah Gul menghadiri pertemuan informal itu di mana para menteri pertahanan NATO bertemu dengan mitra ISAF non-sekutu untuk bertukar pandangan mengenai operasi di Afghanistan. (althaf/xnh/arrahmah.com)