PRISTINA (Arrahmah.com) – Demonstran Serbia memprotes komandan NATO pada Selasa malam (2/8/2011) yang mencoba untuk ‘meredakan’ ketegangan di Kosovo setelah seminggu kekerasan di dekat perbatasan dengan Serbia yang menyebabkan salah salah satu perwira polisi Kosovo tewas.
NATO mengatakan Mayjen Erhard Buehler dihentikan di tengah jalan oleh para demonstran dalam perjalanan untuk bertemu para pejabat tinggi Serbia Kosovo, Borislav Stefanovic dan Goran Bogdanovic. Tujuan Buehler adalah untuk menegosiasikan penanganan ketegangan yang terjadi di utara Serbia.
NATO telah mengirim pasukan cadangan ke Kosovo seminggu pasca terjadinya kerusuhan di dekat perbatasan dengan Serbia.
Pasukan tambahan ini tidak bersifat permanen, tetapi memberikan bantuan langsung bagi para prajurit yang telah bertugas sejak krisis dimulai, juru bicara NATO, Carmen Romero, menekankan pada Selasa (2/8).
Aksi kekerasan terbaru menyusul tindakan polisi Kosovo untuk mengendalikan dua penyeberangan perbatasan yang disengketakan di Kosovo utara. Hal ini memicu kemarahan di kalangan warga Serbia yang menginginkan mantan provinsi Kosovo itu tetap menjadi bagian dari Serbia. Setelah polisi mundur, massa militan Serbia membakar pos perbatasan dan menembaki pasukan penjaga perdamaian NATO yang dikirim untuk memulihkan ketertiban.
Romero menolak untuk membahas jumlah pasukan cadangan. Tapi seorang pejabat mengatakan satu unit batalion yang berbasis di Jerman telah diaktifkan. Satu batalion biasanya terdiri dari sekitar 700 tentara.
NATO masih memiliki hampir 6.000 tentara yang berbasis di Kosovo, 12 tahun setelah perang yang mengakhiri kekuasaan Serbia di sana. Pada mulanya, pasukan salibis internasional berjumlah hampir 50.000 orang ketika memasuki Kosovo pada tahun 1999.
Aliansi telah menekankan tetap “status netral” dalam sengketa antara pemerintah Kosovo dan minoritas Serbia.
Kosovo secara sepihak mengumumkan kemerdekaan dari Serbia pada tahun 2008. Lebih dari 70 negara termasuk kemerdekaan Amerika Serikat mendukung Kosovo. (althaf/arrahmah.com)