TRIPOLI (Arrahmah.com) – Invasi militer NATO di Libya telah meninggalkan banyak warga sipil Libya tewas tahun lalu, kelompok hak asasi manusia terkemuka mengatakan sedikitnya 72 warga sipil tewas, mereka menambahkan bahwa aliansi militer Barat itu tidak mau mengakui kematian sipil.
Dalam laporan 76 halaman yang dikeluarkan pada Senin (14/5/2012), Human Rights Watch (HRW) mendesak NATO untuk memberikan “kompensasi yang cepat dan cocok” untuk keluarga atas kematian warga sipil, korban luka dan hilangnya properti mereka.
Bidang investigasi HRW di lokasi delapan serangan udara NATO menemukan bahwa 20 wanita dan 24 anak termasuk di antara 72 orang yang tewas (yang dilaporkan secara resmi-red).
“Sampai saat ini, NATO menolak untuk mengakui korban atau untuk memeriksa bagaimana dan mengapa itu terjadi,” ujar kelompok yang berbasis di New York dalam laporannya.
Juru bicara NATO, Oana Lungescu mengklaim bahwa aliansi militer Barat “telah membuat sangat jelas kepada otoritas Libya bahwa kami siap untuk bekerja sama dengan mereka dalam setiap proses pemeriksaan yang dianggap perlu”.
David Mepham, direktur HRW mengatakan organisasinya memiliki peneliti di Libya selama konflik berlangsung.
“Kami telah berkunjung ke delapan lokasi yang kami sebut dalam laporan kami, di mana NATO tidak melakukan apa pun,” ujarnya kepada Al Jazeera.
“Salah satu yang mencolok adalah bahwa kami pernah ke sana berkali-kali, kami telah melihat bukti, berbicara dengan orang yang berada di sana pada saat serangan terjadi. NATO sama sekali belum mendatangi lokasi, jadi saya pikir lebih baik menempatkan untuk mengetahui apa yang terjadi dan kesimpulan kami bahwa setidaknya 72 warga sipil tewas akibat serangan udara NATO (di delapan lokasi tersebut) dan NATO harus menyelidiki ini.”
Sebelumnya, amnesti internasional juga mengungkapkan pada Maret lalu bahwa 55 orang sipil tewas dalam serangan udara NATO di Tripoli, Zliten, Majer, Sirte dan Brega, 16 di antaranya perempuan dan 14 anak-anak. (haninmazaya/arrahmah.com)