MOSKOW (Arrahmah.com) – Barat bergantung pada jihad dalam usaha untuk melawan pemimpin Libya, Muammar Gaddafi, seorang peneliti dari Institut Penelitian Strategis Rusia, Alexander Kuznetsov mengatakan, dikutip Interfax pada Kamis (22/9/2011).
“Untuk menggulingkan tiran Libya, terutama untuk mendapatkan akses menuju kekayaan minyak Libya dan mendirikan basis militer baru di Afrika Utara, layanan khusus Barat mulai bekerja sama dengan orang-orang yang baru saja membunuh tentara NATO di Irak dan Afghanistan,” tulis Kuznetsov dalam artikel yang diterbitkan pada hari Rabu (21/9) dalam NG-Religii.
Ia menyatakan bahwa bukan kali pertama layanan militer AS memanfaatkan jaringan Islam yang sangat bersemangat untuk melakukan jihad. Barat juga memanfaatkan kelompok jihad untuk melawan Serbia selama perang di Bosnia dan Kosovo.
Menurut Kuznetov, Barat memainkan permainan yang berbahaya di Libya dengan memanfaatkan ‘bantuan ekstremis’. Dia tidak mengecualikan kemungkinan bahwa situasi di Libya dapat mengulangi peristiwa Somalia setelah diktator Siad Barre yang dilumpuhkan pada tahun 1990.
“Pengaruh kuat dari Islamis di Cyrenaica memungkinkan prospek berikut: setelah mendaratkan pasukan NATO di barat Libya, perang sekutu Gaddafi melawan pemberontak Benghazi akan mulai. Al Qaeda akan mencoba untuk mendirikan pemerintahan Islam garis keras di Cyrenaica. Dan saat NATO tidak memperhitungkan kemenangan Al-Qaeda dalam rencananya maka koalisi barat harus membuka front baru yang tidak pernah berakhir dalam bingkai perang melawan terorisme,” dia lebih lanjut menulis dalam artikel. (althaf/arrahmah.com)