TALLINN (Arrahmah.com) – NATO akan memboyong sejumlah tentaranya ke perbatasan Rusia, kata harian Gazeta. Rencananya, aliansi militer Barat itu akan melakukan latihan militer gabungan tahun ini.
“Manuver ini akan menjadi yang manuver terbesar sejak tiga negara-negara Baltik (Estonia, Latvia, dan Lithuania) bergabung dengan NATO,” lansir surat kabar tersebut.
Latihan yang akan diikuti oleh 500 marinir AS ini akan diselenggarakan di Estonia pada bulan Juni, dan di Latvia akhir tahun ini, kata Gazeta. Pejabat Baltik menyangkal bahwa latihan ini ditujukan untuk menghadang kekuatan militer Rusia dan menjadi respon atas manuver Ladoga dan Zapad-2009 yang diselenggarakan oleh Rusia dan Belarus tahun lalu.
Latihan gabungan NATO dan negara-negara Baltik mungkin saja memang bukan tanggapan terhadap celaan yang terus-menerus didengar NATO dari ibukota Baltik.
Negara-negara ini ingin menunjukkan kekuatannya pada Rusia dengan menghimpunkan diri di bawah ketiak NATO, kata Fedor Lukyanov, editor majalah Rusia, Global Affairs. Hal ini diperkuat oleh fakta bahwa latihan yang dilakukan diperkirakan menjadi salah satu jalan untuk mengerahkan pasukan NATO di kawasan itu. Dan itulah latihan gabungan pertama kalinya, meskipun Lithuania, Latvia dan Estonia telah bergabung dengan NATO sejak enam tahun yang lalu.
Maka kekhawatiran yang muncul di negara-negara Baltik dan beberapa negara lainnya di Eropa Timur yang kemudian dikhawatirkan akan merongrong persatuan NATO, lanjut Lukyanov. “Untuk menormalkan situasi dan tenang negara-negara ini, maka negara-negara besar di dalam aliansi telah memutuskan untuk mengadakan manuver ini.”
Selain itu, manuver ini menjadi penting bagi negara-negara Baltik agar tidak lagi harus terpaksa memperlihatkan sikap ramah mereka terus-menerus terhadap Rusia. Gazeta pun melansir bahwa Estonia, Lithuania, dan Latvia ingin Rusia memahami bahwa “mereka memiliki pendapat mereka sendiri”.
Sementara itu, peningkatan kerja sama NATO dengan Baltik, menurut salah seorang pejabat NATO, Michele Flournoy, pada 26 Februari lalu di Tallinn didasarkan pada hasil pemantauan Washington bahwa tidak ada pengaruh tegas (Russia) di kawasan tersebut. (althaf/kvkz/arrahmah.com)