MANILA (Arrahmah.com) – Mantan presiden Filipina, Macapagal Arroyo harus mengalami nasib hina, ia ditangkap pada Jumat (18/11/2011) atas tuduhan kecurangan dalam pemilihan umum yang mengharuskan dirinya dihukum seumur hidup, di sebuah rumah sakit di Manila. Penangkapannya ini mencegahnya dari keberangkatan menuju luar negeri untuk menerima perawatan medis.
Arroyo sendiri menyangkal telah melakukan kesalahan dan pengacaranya mengklaim tuduhan tersebut dibuat-buat.Ferdinand Topacio pengacara Arroyo mengatakan pemerintah telah mengajukan tuntutan dengan “terburu-buru dan tidak senonoh” dalam apa yang ia sebut “pola yang muncul dari penganiayaan”.
Pengadilan Filipina mengeluarkan surat perintah penangkapan setelah Komisi Pemilihan Umum mengajukan dakwaan terhadap dia.
Selama berbulan-bulan spekulasi mengenai Arroyo terus berkecamuk di Filipina, dia dituduh melakukan kecurangan pemilihan dan penggelapan dana. Dengan ancaman tuduhan itu, pemerintah memasukannya ke dalam daftar orang-orang yang harus meminta izin untuk meninggalkan negara itu.
Ia bahkan nekad melakukan perjalanan ke bandara, di mana di dalam foto dia terlihat duduk di kursi roda dengan penyangga leher. Dia dilaporkan memiliki penyakit tulang langka dan butuh pengobatan spesialis di luar negeri. Tetapi pemerintah Filipina menggagalkan usahanya untuk meninggalkan Filipina.
Selama menjabat sebagai orang nomor satu Filipina, kebijakan demi kebijakannya sangat menyudutkan kaum minoritas di Filipina Selatan (Muslim-red). Ia tidak membiarkan kaum Muslimin di sana menentukan nasibnya sendiri. Filipina menduduki pulau di Filipina selatan yang mayoritas penduduknya adalah Muslim. Ribuan tentara kafir dikirimkan ke sana untuk menyerang Muslim yang berjuang meraih kemerdekaan dan menegakkan syariat Islam. Mereka menolak untuk hidup di bawah aturan pemerintah Filipina.
Tentara-tentara kafir tersebut, yang dikirim atas perintah Arroyo, membakar rumah-rumah warga sipil, membakar Masjid dan melakukan penghinaan terhadap Islam dan kaum Muslimin. Mereka melakukan teror setiap harinya dan tak ada satupun dari komunitas internasional yang selalu meneriakkan ham, melakukan pembelaan terhadap kaum Muslim di sana. Tak ada satu tempat pun yang aman bagi Muslim di Filipina selatan.
Pemerintah Filipina yang saat itu dipimpin Arroyo telah berusaha menipu masyarakat Bangsamoro dalam kegigihannya memberangus keinginan warga Moro untuk mengurus sendiri kehidupannya berdasarkan apa yang tertulis dalam kitab suci Al-Qur’an.
Tidak hanya memberikan Otonomi Daerah palsu yang dikenal dengan “Autonomous Region in Muslim Mindanao”, kerajaan Manila berusaha mengelabui MILF (Moro Islamic Liberation Front) dengan mengajukan negosiasi-negosiasi damai. Padahal sebelumnya pemerintah Filipina tidak pernah menunjukkan implementasinya terhadap perjanjian-perjanjian yang dilakukan dengan masyarakat Bangsamoro, seperti misalnya Final Peace Agreement pada tahun 1996 dengan MNLF (Moro National Liberation Front).
Bagaimanapun, apa-apa yang ditampilkan oleh Presiden Arroyo, kekhawatiran dan frustasi, ternyata tidak memberikan satu penekanan untuk proses perdamaian, bahkan pemerintah Filipina terus melakukan pertempuran dengan menyerang bangsamoro.
Skenario yang diperlihatkan saat itu hanya memberikan kenangan yang memilukan dan pengalaman-pengalaman yang menyakitkan untuk Bangsamoro di tangan pemerintahan Filipina di bawah Arroyo. Ditambah dengan adanya penghinaan, luka, bahkan menyerang martabat Islam, tidak hanya di Filipina tapi di seluruh tempat di bumi ini. (haninmazaya/arrahmah.com)