(Arrahmah.com) – Nasib anak lelaki orang penting Chechnya, yang dideportasi oleh Mesir pada Jumat (19/6), tidak diketahui. Informasi tersebut disampaikan oleh keluarganya beserta salah satu kelompok HAM Chechnya Memorial.
Maskhud Abdullayev, anak lelaki Supyan Abdullayev, seorang panglima Chechnya yang bertempur dengan penjajah Rusia, dan temannya Akhmed Azimov “dibawa ke Moskow dengan pesawat pada hari Jumat, tetapi orang-orang yang menjemputnya di bandara tidak menemukan kedua pemuda itu di antara penumpang,” kata Memorial dalam sebuah pernyataan pada Sabtu (20/6).
Azimov, yang muncul setelah beberapa jam, mengatakan bahwa dia sudah terpisah dari Abdullayev dan telah mencari informasi tentangnya.
“Anak muda itu menunggu Maskhud selama tiga jam, tapi Maskhud tidak kunjung keluar. Kami telah bertanya pada beberapa pegawai, namun tak ada satupun dari mereka yang memberi jawaban,” kata ibu Maskhud Abdullayev, Satsita, pada radio Moscow Echo.
“Maskhud tidak pernah melakukan kejahatan apapun. Ia meninggalkan Chechnya saat usianya 12 tahun dan tinggal di sana,” papar Satsita. Ia menambahkan bahwa ia akan mengajukan kasus anaknya itu ke pengadilan internasional karena Mashkud telah disembunyikan.
“Perkiraan terburuk saya ternyata benar. Ini adalah kasus hilangnya seorang laki-laki yang di tangan negara lain, di Moskow, dan bukan di Kaukasus,” tegas ketua Memorial, Oleg Orlov.
Abdullayev dan temannya direncanakan akan dikembalikan pada Kamis (18/6) dengan empat orang mahasiswa Chechnya lainnya, tetapi polisi menahan mereka dan tidak mengizinkan mereka terbang hari itu.
Pengawas HAM Amnesty International memperingatkan pada Kamis (18/6) bahwa keenam warga Chechnya itu kemungkinan besar akan mengalami resiko penyiksaan atau penanganan buruk lainnya jika dideportasi ke Rusia.
Puluhan mahasiswa Chechnya ditangkapi dan dikumpulkan oleh pihak keamanan Mesir pada 27 Mei karena dicurigai memiliki keterkaitan dengan aksi pemboman di Kairo pada 22 Februari yang menewaskan seorang remaja asal Perancis.
Abdullayev, yang kuliah di Universitas Islam al-Azhar sejak 2006, serang menjadi korban penangkapan tanpa keterangan resmi oleh kepolisian Kairo dan dipenjarakan di penjara Tora.
Semua mahasiswa itu telah berusaha untuk memperoleh perlindungan di Azerbaijan, namun pemerintah munafik Mesir menyerahkan mereka ke Rusia. (Althaf/arrahmah.com)