XINJIANG (Arrahmah) – Puluhan anak-anak Uighur yang terlantar akibat orang tua atau wali mereka ditahan di “kamp re-edukasi” di Daerah Otonomi Xinjiang (XUAR) di China, kini dikirim untuk tinggal di panti asuhan, ungkap salah seorang narasumber.
Mulai April 2017, penduduk Uighur yang dituduh memiliki “pandangan agama yang ekstrem” dan “berbeda haluan politik” telah dipenjara atau ditahan di kamp-kamp re-edukasi yang tersebar di seluruh XUAR oleh pemerintah Cina.
Seorang perwira polisi di desa Chinibagh, daerah Qaraqash (Moyu) Prefektur Hotan (Hetian), baru-baru ini mengatakan kepada koresponden RFA untuk Uighur bahwa pejabat pemerintah setempat memutuskan agar anak-anak para tahanan kamp re-edukasi dikirim ke panti asuhan.
“Anak-anak, yang orang tua mereka berada di kamp re-edukasi, telah dikirim ke panti asuhan sampai orang tua mereka dibebaskan,” kata petugas, yang merupakan penduduk desa Yengisheher.
Dia juga mengatakan kepada RFA bahwa sekitar 40 persen dari 1.700 lebih warga telah ditahan di kamp re-edukasi.
“Anak-anak itu ditempatkan di panti asuhan kota Qaraqash karena mereka tidak memiliki seorang pun yang bisa merawat mereka. Kakek-nenek mereka terlalu tua (untuk merawat mereka) dan harus berjuang untuk menjaga diri sendiri,” imbuhnya.
Ketika ditanya berapa banyak anak dari desa Yengisheher yang telah dibawa ke panti asuhan di Qaraqash, petugas itu berkata “sekitar 50 hingga 60.”
Pada bulan Oktober, seorang perwira Uighur di sebuah kantor polisi di daerah Peyziwat (Jiashi) mengatakan kepada RFA bahwa anak-anak di daerah itu juga telah dikirim ke panti asuhan.
Seorang pekerja di sebuah panti asuhan regional di Xinjiang selatan, yang meminta agar tidak disebutkan namanya, mengatakan kepada RFA bahwa di panti asuhan tempatnya bekerja sangat penuh sesak dan kondisinya sangat “mengerikan”, dengan anak-anak antara usia enam bulan hingga 12 tahun “terkunci seperti hewan ternak di dalam kandang”.
Dia juga mengatakan bahwa sumbangan uang tunai yang didapatkan dari masyarakat, “hanya sedikit yang digunakan untuk anak-anak”, bahkan untuk menghemat uang, panti asuhan hanya memberikan anak-anak daging sekali dalam seminggu, sementara pada hari yang lain mereka hanya diberi “sup beras.”
“Melihat kepadatan di panti asuhan yang ada di sekitar wilayah XUAR, pihak berwenang mulai memindahkan anak-anak ke daratan Cina,” katanya, meskipun ia tidak yakin di mana mereka dikirim.
Dia menambahkan bahwa “tidak mungkin” bagi orang tua yang telah dibebaskan dari kamp-kamp re-edukasi untuk mencari anak-anak mereka di panti asuhan. (Rafa/arrahmah.com)