(Arrahmah.com) – Syaikh Abdullah Al-Muhaisiny telah menyampaikan sebuah nasehat berharga yang ditujukan kepada setiap orang yang bersedia mencari kebenaran pada umumnya, dan khususnya kepada para pemuda kelompok “Daulah Islam”, atau Islamic State yang sebelumnya dikenal sebagai ISIS, berjudul “Bukan Karena Ini Engkau Berangkat Berjihad”.
Nasehat ini merupakan kultwit yang beliau tulis untuk menjawab sejumlah surat yang ditujukan kepadanya dari sejumlah orang yang telah menyadari kesesatan yang ada pada kelompok IS pimpinan Abu Bakar Al-Baghdadi itu.
Di antara pertanyaan tersebut ialah bagaimana cara berlepas dari semua kezhaliman, darah yang selama ini mengalir dan vonis kafir yang kerap dilontarkan oleh kelompok IS. Sementara yang lainnya menyampaikan keputusannya keluar dari IS setelah menyaksikan kezhaliman dan vonis kafir terhadap kaum Muslimin yang dilakukan oleh kelompok itu, serta kesaksian puluhan orang lainnya yang Allah berikan kemudahan untuk keluar dari kelompok mereka, maupun yang masih takut untuk keluar.
Dalam nasehatnya yang dipublikasikan oleh Muqawamah Media pada Jum’at (6/2/2015) ini, Syaikh Al-Muhaisiny juga berpesan kepada setiap orang yang jujur dan melihat dengan kebenaran supaya bertaubat kepada Allah dan bersegera untuk keluar dari kelompok itu, walaupun nyawa sebagai taruhannya.
Beliau dan ulama kaum Muslimin lainnya menegaskan bahwa selama seseorang masih bersama kelompok itu, atau menjadi pendukungnya, maka dia telah ikut serta melakukan kezhaliman dan memecah belah barisan perjuangan bersama. Berikut terjemahan nasehat Syaikh Al-Muhaisiny tersebut selengkapnya.
بسم الله الرحمن الرحيم
Saya akan menuliskan serangkaian kultwit, untuk menasehati para anggota Jamaah Al Baghdadi yang semoga Allah kembalikan mereka kepada kebenaran dan diberikan hidayah.
Rangkaian kultwit ini saya beri judul dengan “Bukan Karena Ini Engkau Berangkat Berjihad.” Dengan izin Allah, kami tidak akan bosan menasehati mereka selagi nyawa masih dikandung badan. Ini adalah kultwit yang saya tulis untuk menjawab sejumlah surat yang ditujukan kepada saya, dari sejumlah orang yang Allah sinari penglihatan mereka sehingga mereka menyadari kesesatan yang ada pada kelompok Al Baghdadi.
Salah seorang dari mereka menyurati saya yang isinya: “Wahai syaikh, bagaimana caranya melepaskan diri dari semua ini, karena saya sudah muak dengan kezhaliman yang selama saya saksikan, darah yang selama ini mengalir dan vonis kafir yang selama ini saya dengar.”
Yang lainnya berkata: “Ketahuilah bahwa engkau tidak akan mempercayaiku, namun saya bersumpah dengan nama Allah, ketika saya sedang berada di dalam sebuah penjara yang besar, saya menyaksikan kezhaliman dan vonis kafir, saya telah membuat keputusan yang sulit untuk keluar dari kelompok mereka.”
Serta masih ada puluhan orang lainnya yang Allah berikan kemudahan untuk keluar dari kelompok mereka, dan masih ada yang takut untuk keluar. Maka kepada mereka dan setiap orang yang bersedia mencari kebenaran dan menginginkan kesuksesan, saya katakan: “Bukan karena ini engkau berangkat berjihad”.
Benar, Bukan karena ini engkau berangkat berjihad, karena menurut perkiraan saya, tidaklah engkau berangkat berjihad, kecuali dengan niat untuk menjauhi api neraka dan kemurkaan sang Maha Perkasa lagi Maha Kuasa. Apakah engkau berangkat berjihad dengan niat menjauhi kemurkaan Allah namun mendekati kemurkaan Allah lainnya?
Sesungguhnya vonis kafirmu terhadap kaum muslimin, dan kebersamaanmu dengan kelompok yang gemar membunuhi kaum muslimin serta menjuluki mereka sebagai orang-orang murtad, merupakan kemurkaan Allah yang seharusnya engkau jauhi, maka saya katakan kepadamu agar engkau selalu ingat: “Bukan karena ini engkau berangkat berjihad”.
Coba dengarkan perkataan Al Adnani, maka saya katakan; berapa banyak ahli tauhid yang akan menjadi musuh orang ini beserta para pengikutnya kelak di hari kiamat? Saya meminta kepadamu untuk merenungkan betapa bahayanya Jamaah Al Baghdadi ini bagi keberlangsungan agama Islam dan kaum muslimin, apakah yang ia perbuat di Syam masih belum cukup?
Ada apa dengan para singa Yaman yang senantiasa memusuhi para thaghut, namun akhirnya tidak tahu alasan apa yang akan mereka berikan di hadapan Allah ketika mereka berhenti berjuang, kalian telah memecah belah barisan perjuangan di Yaman. Ada apa dengan barisan perjuangan di Kaukasus? Mengapa ia menjadi terpecah belah? Ada apa dengan barisan Thaliban? Mengapa ia sampai terpecah belah? Berhati-hatilah kalian terhadap jihad dan para mujahidin. Mengapa barisannya menjadi terpecah padahal sebelumnya mereka telah mampu menyatukan barisan, menghancurkan patung-patung, dan memukul mundur Rusia lalu pasukan Salibis!!
Apakah engkau belum merenungkan, mengapa Jamaah Al Baghdadi tidak berkembang kecuali di wilayah-wilayah yang dikuasai oleh para mujahidin? Coba tanyakan pertanyaan yang satu ini kepada dirimu, kemudian jawablah, jika engkau tidak tahu jawabannya, bersaplah untuk menanyakannya kembali di hadapan Allah.
Semoga Allah merahmati dan menerima Az Zarqawi di sisi-Nya, bagaimana jika sampai ia tahu apa yang diperbuat oleh para penerusnya, coba simak perkataannya berikut ini, dan silahkan nilai siapa sebenarnya yang berubah dan menyimpang:
“Sesungguhnya Allah akan menanyai kalian mengenai Mulla Umar dan mengapa kalian mengabaikan dirinya, yang ia lakukan hanyalah mentaati Allah dan Rasul-Nya, serta menolak untuk memberikan sesuatu yang hina kepada agamanya.”
Mengapa seluruh wilayah cabang Daulah berada di wilayah-wilayah yang di dalamnya terdapat para mujahidin yang sedang berjihad di jalan Allah? Kami tidak pernah mendengar ada wilayah Daulah di Iran, Cina, Prancis dan di negara-negara yang tidak ada jihad di dalamnya? Cukuplah Allah sebagai pelindung kami, dan Ia adalah sebaik-baik pelindung. Kami tidak akan berkata yang lain-lain, cukuplah Allah sebagai pelindung kami, dan Ia adalah sebaik-baik pelindung dari setiap orang yang memecah belah barisan para mujahidin. Cukuplah Allah sebagai pelindung kami, dan Ia adalah sebaik-baik pelindung dari setiap orang yang menumpahkan darah dan mengkafirkan para ahli tauhid. “Bukan karena ini engkau berangkat berjihad”.
Apakah engkau belum pernah bertanya secara jujur kepada dirimu sendiri dan mencari tahu apa kejahatan apa yang telah anggota Daulah lakukan terhadap para tawanan mereka? Coba tengok kehormatan saudari-saudari muslimah yang telah dirampas oleh pasukan Yazidi! Apa yang hendak kalian katakan di hadapan Rabb kalian?
Kepada setiap orang yang jujur dan melihat dengan kebenaran, bertaubatlah kepada Allah dan bersegeralah untuk keluar dari kelompok itu, walaupun nyawamu sebagai taruhannya, karena jika engkau keluar kelompok itu akan merasa terancam, jadi jangan sampai engkau merasa lemah untuk keluar dari kelompok sesat itu. Benar, inilah yang kami serta para ulama kaum muslimin katakan, selama engkau masih bersama kelompok ini, atau menjadi pendukungnya, maka engkau telah ikut serta melakukan kezhaliman dan memecah belah barisan perjuangan bersama mereka, dalilnya:
مَنْ كَثَّرَ سَوَادَ قَوْمٍ فَهُوَ مِنْهُمْ
“Siapa yang menyemarakkan suatu kaum maka dia termasuk bagian darinya..”
Biarkan saya memberikanmu satu pertanyaan lagi, paling tidak status Jamaah Al Baghdadi itu adalah bughat, yaitu orang-orang yang menyerang kaum muslimin dan menentang jihad mereka. Mungkin engkau ingin membantah dengan berkata, “akan tetapi mereka juga dizhalimi dan dimusuhi.” Maka saya katakan kepadamu, jangan pedulikan kesaksianku, namun coba perhatikan kondisi di lapangan pada hari ini; beberapa hari yang lalu sejumlah faksi meminta kepada mereka agar diadakan gencatan senjata antara dua belah pihak yang berseteru, sebelum itu Syaikh Al Maqdisi dan Shalahuddin (komandan Jaisy Muhajirin wa Al Anshar – red.) juga pernah memintanya kepada mereka, saya sampaikan semua fakta itu kepadamu agar ada kejelasan siapa sebenarnya yang membangkang, siapa sebenarnya yang memusuhi, dan siapa sebenarnya yang menolak upaya menghentikan pertumpahan darah.
Begitu juga kepada pendukung Daulah, saya katakan kepadamu; jangan kira ketika engkau menutup mata dari pembunuhan dan upaya memecah belah barisan perjuangan yang dilakukan oleh Jamaah Al Baghdadi, engkau akan selamat dari dosa. Sebenarnya wahai pendukung, engkau ikut bertanggung jawab terhadap semua yang mereka lakukan, jadi coba renungkan kembali! Engkau masih termasuk orang yang tidak berangkat berjihad, namun engkau juga termasuk orang-orang zhalim.
Renungkanlah wahai pendukung Daulah, Nabi Shallallahu alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ أَعَانَ عَلَى قَتْلِ مُسلمٍ بِشَطْرِ كَلِمَةٍ جاءَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ مَكْتُوبٌ بَيْنَ عَيْنَيْهِ آيِسٌ مِنْ رَحْمَةِ اللهِ
“Barangsiapa membantu untuk membunuh seorang muslim walau dengan setengah patah kata niscaya ia akan menghadap Allah Ta’ala pada hari kiamat sementara di antara kedua matanya terdapat tulisan berbunyi ‘orang yang putus asa dari rahmat Allah’.” [HR. Ibnu Majah No. 2620 dan Al Baihaqi No. 15865, hadits lemah], sedangkan engkau menolong dan mendukung Daulah dengan banyak kata di Twitter, tidak hanya setengah patah kata saja.
Wahai orang yang membela dan mendukung Jamaah Al Baghdadi, di dalam setiap zaman pasti ada fitnah yang berkobar, dan manusia di dalamnya terbagi menjadi tiga, maka lihatlah di mana engkau berada:
- Yang pertama, mereka merujuk perselisihan yang ada kepada apa yang difirmankan oleh Allah dan disabdakan oleh Rasul-Nya, dan mereka merujuk kepada para ulama yang terpercaya sebagaimana yang Allah perintahkan kepada mereka, maka mereka lah golongan yang selamat dan berjaya.
- Yang kedua, mereka menjauhi segala bentuk perselisihan dan menyibukkan diri dengan beribadah kepada Allah, maka mereka akan lolos darinya dalam keadaan seimbang.
- Yang ketiga, mereka mengambil pendapat dari nash-nash yang mutasyabihat, kemudian mereka membenarkannya untuk dijadikan pedoman dan manhaj bagi mereka, maka mereka lah golongan yang sesat dan menyesatkan. Dan kalian itu layaknya golongan ini.
Mereka adalah golongan yang tidak menemukan nash-nash muhkam (kebalikan dari mutasyabih – red.) dari Kitab Allah dan Sunnah Rasul-Nya yang mendukung ideologi mereka, maka mereka pun mencari nash-nash yang mutasyabih. Saya akan memberikan contohnya dari fakta di Syam pada hari ini:
Di antaranya mereka berdalil bahwa kebenaran manhaj mereka ditentukan dari warna bendera! Mereka meyakini bahwa warna panji yang hitam menandakan akan benarnya manhaj kelompoknya, dengan mengambil dalil dari hadits mengenai panji hitam.
Celah kesalahannya terletak pada satu sisi berikut; katakanlah atsar mengenai panji hitam ini benar, lalu katakanlah seorang yang berfaham murjiah membawa panji hitam, atau seorang sufi membawa panji hitam, atau seorang berfaham jahmiyyah, apakah lantas kita menentukan bahwa ia benar berdasarkan dalil ini?
Contoh selanjutnya adalah mengenai orang-orang yang bersandar pada sebuah nash mutasyabih, yaitu menjadikan faktor banyaknya kemenangan dan penaklukan sebagai indikasi bahwa yang melakukannya adalah orang yang benar. Maka Maha Suci Rabbku, coba lihat bagaimana Iran menciptakan persenjataan yang canggih. Coba lihat pasukan Daulah Fathimiyyah yang berhasil menaklukkan Mesir dan Maghribi. Jadi standar semacam ini tidak bisa menentukan kebenaran si empunya sedikit pun. Tidak benar misalnya hari ini sebuah kelompok berkuasa, maka kebenaran disematkan kepadanya, esoknya kelompok lain berkuasa maka kebenaran pun jatuh ke tangannya, dan begitu seterusnya.
Contoh selanjutnya adalah mengenai orang yang berdalil bahwa kemenangan Jamaah Al Baghdadi adalah indikator kebenaran bagi mereka, maka hari ini di Iraq mereka sedang dipukul mundur, begitu pula di Kobane dan Deir Ezzour, apakah otomatis ini menjadi bukti kebathilan manhaj mereka?
Contoh selanjutnya, adalah mengenai orang yang berdalil akan benarnya suatu kelompok dengan hadits-hadits seputar pertempuran dan kekacauan di daerah tertentu, kami beri contoh: orang yang berdalil dengan pertempuran di Marj Dabiq atau Ghouthah. Maka engkau akan mendapati bahwa Marj Dabiq pada hari ini dikuasai oleh salah satu kelompok, esoknya dikuasai oleh kelompok lain, begitu pula dengan Ghouthah, sehingga orang yang berdalil dengan hadits-hadits seputar Marj Dabiq dan Ghouthah akan terus merasa bingung setiap kali wilayah itu jatuh ke tangan kelompok lain.
Contoh lainnya, adalah orang yang bersandar kepada mimpinya, setiap kali ia bermimpi pasti ia akan mengikutinya, sehingga setan pun memainkan mimpinya di dalam tidurnya. Saya masih ingat ketika ada seorang datang menemui saya sambil meminta maaf karena telah ia telah mengomentari saya, maka saya bertanya apa penyebabnya, lalu ia menjawab, “saya mengomentari dirimu karena engkau mengomentari salah satu kelompok, setelah itu saya pun bermimpi seperti ini dan itu”, lalu ia menceritakan isi mimpinya, maka saya katakan kepadanya: jika engkau datang hanya karena mimpimu maka pulanglah, karena engkau tidak akan berada lama hingga engkau kembali.
Contoh lainnya adalah berdalil dengan nash-nash syariat yang mempunyai beragam interpretasi, contohnya menentukan kebenaran berdasarkan kemenangan dan permusuhan, maka engkau akan mendapati bahwa ketika salah seorang dari mereka ingin menentukan kebenaran dari sebuah kelompok, ia akan berdalil bahwa kelompok itu ada yang memusuhinya. Padahal jika permusuhan itu adalah bukti kebenaran seseorang atau sebuah kelompok, maka lihatlah Hitler yang dimusuhi oleh seluruh dunia, begitu pula dengan Qadzafi, apakah ketika ia dimusuhi lantas ia dianggap benar?!
Begitu juga dengan apa yang terjadi di medan perang hari ini, yaitu maraknya orang yang berdalil dengan hadits-hadits berkenaan dengan dampak dari Mubahalah, jika ada seseorang dari kelompok tertentu terbunuh, maka kubu lawannya akan berseru bahwa itu adalah dampak mubahalah, dan jika kelompok lainnya hancur, maka kubu lawannya juga akan berseru bahwa itu adalah dampak dari mubahalah. Tenanglah kalian, bukan seperti ini manhaj orang-orang yang benar.
Lihatlah Jamaah Al Baghdadi, betapa seringnya mereka berdalil dengan mubahalah dan mereka akan memenangkannya untuk membuktikan akan lurusnya manhaj mereka, kalau begitu lihatlah mereka sekarang sedang mengalami kekalahan di berbagai tempat. Sehingga siapa saja yang mengikuti mereka disebabkan mubahalah, maka ia akan meninggalkan mereka dengan sebab yang sama pula, dan kelak ketika mereka menang, ia akan kembali berdalil dengan mubahalah, begitu seterusnya. Ini semua dikarenakan ia tidak merujuk kepada Kitabullah.
Wahai mujahid, wahai orang yang mengorbankan jiwanya dengan harga yang murah di jalan Allah, renungkanlah semua itu tadi, maka engkau akan menyadari betapa bahanyanya orang yang terjerumus ke dalam nash-nash mutasyabihat. Jadi coba periksa kembali dirimu, di mana engkau berada, apakah engkau termasuk orang yang mengikuti kebenaran dalam berdalil, ataukah termasuk orang yang mengikuti nash-nash yang mutasyabih? Ummul Mukminin Aisyah Radhiyallahu Anha berkata:
إِذَا رَأَيْتُمْ الَّذِينَ يَتَّبِعُونَ مَا تَشَابَهَ مِنْهُ فَأُولَئِكَ الَّذِينَ سَمَّى اللَّهُ فَاحْذَرُوهُمْ
“Apabila kalian melihat orang-orang yg mengikuti sebahagian ayat-ayat yang mutasyaabihaat, maka mereka itulah adalah yang disebutkan oleh Allah ‘Waspadalah kalian terhadap mereka!” [HR. Muslim No.4817]
Jadi demi Allah tidak, kami tidak menentukan kebenaran melalui nash-nash mutasyabihat, namun dengan dalil-dalil yang jelas sejelas mentari di tengah hari.
Kami menentukan kebenaran dengan berdasarkan hadits shahih dan jelas yang diriwayatkan langsung dari sosok yang tidak pernah berbicara berdasarkan hawa nafsunya Shallallahu alaihi wa sallam:
مَنْ قَالَ لِأَخِيهِ يَا كَافِرٌ فَقَدْ بَاءَ بِهَا أَحَدُهُمَا
“Barangsiapa berkata kepada saudaranya wahai Kafir maka ucapan tersebut pasti kembali kepada salah satu dari keduanya.”
Kami menentukan kebenaran berdasarkan sabda beliau Shallallahu alaihi wa sallam di dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim dari Usamah:
“Apa yang dapat engkau perbuat terhadap Laa Ilaaha Illa Allah apabila ia mendatangimu pada hari kiamat.”
Sesungguhnya nash-nash di atas menurut kami adalah nash-nash yang muhkam, nash yang mendatangkan burhan dari Allah. Maka Ya Allah, sesungguhnya kami beserta para malaikatmu dan hamba-hambamu yang sholeh bersaksi bahwa Jamaah Al Baghdadi mengkafirkan orang-orang berdasarkan hujjah-hujjah yang tidak jelas. Maka Ya Allah, kami berlepas diri kepadamu dari apa yang mereka ada-adakan.
Ya Allah, kami bersaksi kepada-Mu bahwa mereka memudah-mudahkan dalam berurusan dengan darah para ahli tauhid, maka Ya Allah, kami berlepas diri kepada-Mu dari apa yang mereka tumpahkan.
Ya Allah, sesungguhnya Engkau tahu bahwa kami tidak menyelisihi mereka karena hawa nafsu kami dan rakus akan jabatan. Akan tetapi kami menyelisihi mereka karena ada ghirah untuk membela darah para hamba-Mu yang tertindas, dan demi Allah, jikalau kami mengharapkan ketenaran dan pujian, tentu kami sudah bersepakat dengan mereka dengan mengorbankan darah para penduduk Syam, namun nyatanya kami termasuk orang-orang yang mendukung penduduk Syam.
Apa yang akan kami perbuat terhadap Laa Ilaaha Illa Allah, ketika ia mendatangi kami di hari kiamat, apa lagi ungkapan bermanfaat yang bisa kita katakan apabila para penduduk Syaithath yang darahnya ditumpahkan mendatangi kita dan menuding kita sebagai orang yang bertanggung jawab?
Kami sudah pernah berkata dan akan kami ulangi kembali, sesungguhnya setiap orang yang membaiat ghulat atau mendukung mereka, atau merasa simpati kepada mereka, maka ia berdosa dan ikut menanggung dosa menumpahkan darah kaum muslimin.
Bukankah Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam pernah bersabda di dalam hadits Al Ars bin Umairah:
إِذَا عُمِلَتِ الْخَطِيئَةُ فِي الْأَرْضِ كَانَ مَنْ شَهِدَهَا فَكَرِهَهَا، -وَقَالَ: مَرَّةً أَنْكَرَهَا- كَانَ كَمَنْ غَابَ عَنْهَ، وَمَنْ غَابَ عَنْهَا فَرَضِيَهَا كَانَ كَمَنْ شَهِدَهَا
“Jika diketahui adanya kekeliruan di muka bumi maka orang yang menyaksikannya lalu membencinya –beliau juga berkata: terkadang mengingkarinya- maka dia seperti orang yang tidak menyaksikannya. Dan orang yang tidak menyaksikannya lalu dia meridhainya maka dia seperti orang yang menyaksikannya.” (Artinya seperti orang yang menyaksikannya dan menyetujuinya)
Jadi bersiap-siaplah engkau untuk ditanyai oleh Rabbmu wahai orang yang mendukung atau membaiat Daulah.
Saya tahu berapa banyak caci-maki yang akan saya terima setelah ini, akan tetapi demi Allah, kehormatan saya tidak lebih mulia dari darah kaum muslimin, sedangkan Sang Suri Tauladan kita Shallallahu alaihi wa sallam tidak merasa gelisah ketika beliau dijuluki sebagai penyihir atau orang gila.
Sebagai penutup: beberapa orang yang mengidolakan kami mengkritik kata-kata kami yang lembut ketika berbicara dengan mereka, dan menganggapnya sebagai kelemahan kami, maka saya sampaikan firman Allah berikut ini:
“Maka berbicaralah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut…” [Thaha: 44] kepada orang yang lebih buruk dari mereka .
Kemudian demi Allah, tidaklah kami menulis kecuali karena kami merasa miris dan kasihan terhadap para pemuda yang darahnya tertumpahkan itu (akibat perintah komandannya di Daulah – red.) maka kami memohonkan hidayah kepada Allah untuk mereka.
Bahkan demi Allah saya sering memikirkan kondisi para anggota mereka yang tulus namun dikalahkan oleh kebodohan, maka saya katakan, apakah mereka diberikan udzur karena kebodohan mereka itu? Sedangkan para ulama senantiasa menjelaskan dan menerangkan kepada mereka.
Kemudian saya katakan: semoga kelak Allah membangkitkan orang-orang yang tulus berjuang, yang tangan mereka belum terlumuri dengan darah para ahli tauhid, berdasarkan niat mereka.
Ketika saya menyaksikan keadaan mereka, saya tidak menemukan satupun ulama kaum muslimin yang mendukung mereka, sehingga saya mengingat perkataan Ibnu Abbas Radhiyallahu Anhu yang merendahkan kelompok khawarij karena tidak ada satupun sahabat Rasulullah yang bergabung dengan mereka:
“Saya mendatangi kalian (sebagai utusan dari para sahabat) manusia yang paling baik, sedangkan di sisi kalian tidak ada seorangpun dari mereka.”
Saya juga menyaksikan banyaknya pemuda mereka yang bodoh, maka saya katakan, wahai Rabb, Engkau lebih menyayangi para hamba-Mu dari pada kami, maka singkaplah kabut itu, tampakkanlah kebenaran itu, dan selamatkanlah para pemuda muslimin dari kesesatan.
Sebagai penutup; semoga Allah mengembalikan para anggota mereka yang tulus berjuang kepada kebenaran, karena Ia mampu melakukannya.
(aliakram/arrahmah.com)