JAKARTA (Arrahmah.com) – Ketua Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Ansyad Mbai kembali menebar propaganda dengan melempar opini bahwa gerakan terorisme ke depan adalah gerakan Narcoterorism suatu istilah dari penggabungan narkotika dan terorisme.
Mbai menuding bahwa aksi teror ke depan akan didanai oleh Narkotika, karena sifat gerakan yang dinilainya cenderung menghalalkan segala cara untuk membiayai aksi teror seperti perampokan Bank CIMB di Medan.
“Tren ke depan justru ancaman yang paling berbahaya narcoterrorism,” kata kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irjen (Purn) Ansyaad Mbai, seperti dilansir detikcom, di Jakarta, Rabu (18/4).
Lebih dari itu, Ansyaad menuduh Fadli Sadama seorang penyalur dana fa’i dan amaliyah Medan, selain melakukan perampokan juga mendapatkan uang dari hasil bisnis narkotika. tanpa menyebut narkotika apa yang diedarkan Fadli. Ia menyebut bahwa dari hasil penjualan narkotika tersebut, kelompok Fadli membelikan senjata di wilayah Thailand Selatan.
Tak ayal pernyataan Ansyad mendapat respon keras dari kuasa hukum Fadli, koordinator Tim Pembela Muslim (TPM). Ahmad Michdan menilai pernyataan tersebut hanyalah opini yang diciptakan untuk memojokkan aktivis Islam.
“Itu hanya isu untuk menyudutkan aktivis Islam dan Mujahidin,” katanya kepada arrahmah.com, Jakarta, Jum’at (20/4).
Lanjutnya, Fadli Sadama sendiri baru dikenal ketika ia sudah berada di dalam rumah tahanan (rutan) Medan, sebelumnya tidak pernah terlibat apa-apa, dan setelah keluar dari tahanan Fadli pun pergi untuk mencari pekerjaan.
“Ketika Fadli sudah di luar, ia izin berangkat ke Singapura untuk bekerja,” ujar Michdan.
Menurut Michdan, isu Narcoterorism ini bukan sekedar opini, tetapi skenario yang diciptakan untuk memusuhi aktifis gerakan-gerakan Islam, karena isu terorisme di dunia selama ini adalah isu melawan Islam yang dimainkan oleh Amerika Serikat.
“Isu terorisme ini isu menghancurkan aktifis dan mujahidin Islam yang kritis atas ketidakadilan, bukan jual beli narkoba, jika dikait-kaitkan persoalan narkotika dengan terorisme tetap tidak nyambung,” ungkapnya.
Tidak jauh berbeda dengan Michdan, ketua Lajnah Siyasiyah DPP HTI, Ustadz Haris Abu Ulya menyatakan bahwa hal tersebut adalah tuduhan tanpa bukti.
“Fitnah itu, ngibul saja si Ansyad,” lontarnya singkat.
Ia menjelaskan bahwa pernyataan yang diungkapkan Ansyad Mbai tidak memiliki bukti hanya sebatas asumsi yang bisa saja direkayasa faktanya jika diinginkan.
“Apa yang dikatakan itukan tidak ada data faktanya itu hanya opini, Ansyad Mbai memang gayanya begitu, asal ngomong aja, tapi fakta bisa dibikin. Ini opini bukan fakta, jika kita inginkan fakta dia bisa bikin faktanya,” terang pria yang concern meriset isu terorisme ini.
Tambahnya, opini yang dibangun Mbai memang seolah-olah sesuatu yang rasional. Akan tetapi, itu tidak memiliki fakta di lapangan.
“Kesannya memang logis, kalau sekarang ini fa’i tidak bisa dilakukan jual narkoba, bisa dari Aceh posnya kan? Jual ganja. Faktanya tidak ada, mereka (mujahidin) tidak sekotor itulah menjual ganja untuk mendirikan negara Islam,” tandas Ustadz Haris. (bilal/arrahmah.com)