JAKARTA (Arrahmah.com) – Ada dua sikap berbeda di pimpinan Nahdhatul Ulama (NU) dalam menyikapi kasus yang mirip, yakni penghinaan. Sama-sama menyikapi penghinaan, tapi respon yang diberikan sangat jauh berbeda. Ketika Nabi Muhammad Saw dihina dan saat Gus Dur, mantan Ketua Umum PBNU dan bekas Presiden RI, yang dihina.
Ketika Gus Dur dihina, difitnah, reaksi yang keluar dari pimpinan NU dan organisasi otonomnya sangatlah besar. Kasus terbaru adalah dugaan adanya ‘fitnah’ yang dilontarkan salah satu petinggi Partai Demokrat, Sutan Bhatoegana. Menurut kabar yang tersebar di media, Sutan dituding menyebut Gus Dur lengser karena kasus korupsi.
Bagaimana reakasi para pendukung dan pecinta Gus Dur?.
Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siraj, langsung meminta Partai Demokrat memberikan sanksi kepada Ketua DPP PD, Sutan Bhatoegana.
“Jika Partai Demokrat ingin merebut simpati warga NU, Bhatoegana harus dikenai sanksi,” ungkap Aqil, Jakarta, Selasa.
Ditanya jenis sanksi untuk Bhatoegana, apakah sampai pada tingkat pemecatan, Said Aqil menyerahkan sepenuhnya kepada pimpinan Partai Demokrat.
“Itu terserah pimpinan Demokrat. Yang jelas Bhatoegana harus dikenai sanksi, karena apa yang disampaikannya sudah menyakiti orang-orang yang mencintai Gus Dur, khususnya warga NU,” tambahnya.
Sementara salah satu organisasi otonom di tubuh NU, Gerakan Pemuda Ansor Jawa Timur, berniat melaporkan Sutan ke Mabes Polri.
“Harus ada penyelesaian secara hukum, makanya kita melapor ke polisi,” tegas Ketua Pengurus Wilayah (PW) Ansor Jawa Timur Alfa Isnaeni, Selasa (27/11/2012), siang.
Menurut dia, dalam masalah ini warga Nahdhliyin tidak hanya menginginkan perkataan maaf dari politisi asal Partai Demokrat itu, melainkan adanya penyelesaian secara hukum. Karena dianggap sudah mencemarkan nama baik Gus Dur.
“Kami inginkan selesai ranah hukum, bukan hanya sekedar maaf,” tutur dia.
Alfa juga menyebut adanya gelombang aksi pengurus cabang di daerah masing-masing menanggapi pernyataan Sutan tersebut. “Cabang akan melakukan aksi dengan sasaran di daerah masing-masing, kami harapkan berjalan damai,” sebut Alfa.
Wakil Ketua GP Ansor Jatim Hendra Tri Subiantoro, malah menuntut Partai Demokrat supaya mencopot Sutan dari keanggotaannya di DPR dan memecarnya dari partai berlambang bintang Mercy itu.
“Kami tidak hanya menuntut permintaan maaf saja. Tapi kami juga mendesak Partai Demokrat mencopotnya dari anggota DPR dan memecatnya dari Demokrat, karena sudah tidak layak lagi sebagai politisi,” ujarnya.
Tak kalah lebay, reaksi yang diberikan para fans Gus Dur yang tergabung dalam komunitas Gusdurian. Koordinator Gusdurian Jawa Timur, Aan Anshori, mendesak Sutan agar segera minta maaf kepada keluarga Gus Dur dan warga NU.
“Selain itu Sutan harus membaca istighfar sebanyak 99.999 kali di pusara Gus Dur sambil merenungi kesalahannya dan disaksikan ribuan santri,” ujar Aan.
Di Jakarta, bukan hanya mengeluarkan statemen, ratusan anggota GP ansor langsung mendemo kantor DPP Partai Demokrat di kawasan Kramat Raya, Senen, Jakarta Pusat. Para demonstanmembawa selebaran ukuran A4 bergambar foto Sutan yang dicoret.
“Jadi tuntutan kami sebagai Pemuda Ansor, pertama kami meminta Sutan Bhatoegana dipecat,” ujar Sekjen GP Ansor DKI Jakarta, Abdul Azis usai demosntrasi di depan kantor DPP Demokrat, Jalan Kramat Raya, Jakarta Pusat, Selasa (27/11/2012).
Azis mengatakan pihaknya akan tetap mengawal untuk memastikan Sutan Bhatoegana meminta maaf secara langsung. Jika dalam waktu dua hari politikus Demokrat tersebut belum menyampaikan permintaan maaf, Azis mengancam akan menggelar aksi lebih besar lagi.
“Sutan hanya meminta maaf kepada keluarga, tetapi karena Gus Dur merupakan tokoh nasional, maka dia harus meminta maaf secara umum kepada warga Indonesia dan khusus keluarga Ansor di seluruh Indonesia,” cetusnya.
Dia juga mengatakan permohonan maaf yang telah disampaikan Ketua Umum Partai Demokrat Anas Urbaningrum masih belum cukup. Karena menurutnya, yang semestinya meminta maaf adalah Sutan.
“Anas sudah minta maaf tidak ada urusan. Ini personal statement Sutan, secara etika tidak pantas tidak bermoral karena tidak mengajarkan pendidikan politik yang baik. Selain permintaan maaf Anas tidak cukup, tetapi Anas harus memecatnya karena ini permasalahan moral,” tuturnya.
Itulah reaksi para pendukung Gus Dur, ketika idolanya difitnah orang lain. Reaksinya sangat dahsyat.
Ketika Nabi Muhammad Saw Dihina
Sekarang, mari kita tengok bagaimana sikap mereka ketika Nabi Muhammad Saw yang dihina.
Saat seorang sutradara AS membuat film menista Nabi, Innocence of Muslims, salah seorang Rois Syuriyah PBNU KH Masdar F Mas’udi hanya mengeluarkan statemen, “umat Islam memang marah jika Nabinya dihina. Tapi harus dewasa menghadapinya.”
“Kita juga ikut marah,” ujarnya saat konferensi pers para tokoh agama yang digelar di Gedung PBNU, Rabu, (19/9) terkait film Innocence of Muslims yang menuai protes, konflik dan korban di berbagai negara.
“Barangkali si pembikin film itu senang sekali kita berkumpul di sini untuk membahas dia. Kalau kita cuekkin, semuanya cuek, saya kira, dia akan malu sendiri,” ujarnya.
Ke depan, sambung Masdar, kalau ada orang yang memprovokasi kebencian terhadap agama lain, lebih baik kita doakan supaya segera mendapat bimbingan Tuhan dan diampuni segala dosanya. “Saya kira itu lebih baik.”
“Sekali lagi, ke depan, ketika ada orang atau kelompok yang memprovokasi kebencian kepada orang lain, abaikan saja!” tegasnya.
Betul bahwa Ketua Umum PBNU, Said Aqil Siroj ikut mengutuk penghinaan itu. Tetapi dia mengatakan “tidak perlu disikapi berlebihan, apalagi dengan tindakan yang justru kontra produktif.”
“Dari dulu sampai sekarang, selalu ada orang yang tidak suka kepada Rasulullah, tetapi kita jangan sampai menghabiskan energi untuk itu, apalagi sampai menimbulkan korban jiwa,” katanya waktu itu seperti dikutip Antara News.
Kiai bergelar doktor alumni Universitas Ummul Qura, Mekkah itu beralasan, Nabi Muhammad SAW merupakan figur yang mulia dan sempurna. “Allah akan menjaga nama baik beliau, baik ketika masih hidup atau sesudah wafat,” kata Said Aqil.
Salah seorang tokoh liberal, yang juga pengagum Gus Dur, Komaruddin Hidayat, malah mengimbau umat Islam agar menyikapi penghinaan itu “secara cerdas”.
Cerdas yang dimaksud Komar adalah, “Jangan sedikit-sedikit ngamuk, jangan mudah terprovokasi, dan jangan mudah terpancing emosi dengan munculnya film picisan semacam itu. Kita harus menyikapinya secara lebih cerdas,” kata Rektor Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Komaruddin Hidayat di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (15/9).
Komaruddin mengatakan, film-film yang menjelekkan Islam banyak. Sehingga, Muslim harus mampu menyikapinya secara cerdas, jangan ikut-ikutan dengan aksi dan reaksi masyarakat negara lain dalam memprotes film tersebut.
“Buku yang menjelekkan Islam banyak, film-film yang menjelekkan Islam juga banyak. Namun, apakah Islam akan jatuh dengan film picisan semacam itu? Apakah Nabi Muhammad SAW kemudian jatuh martabatnya? Tidak,” katanya.
Kalau ada kekerasan fisik, kata Guru Besar Filsafat Agama UIN Jakarta itu, lawan secara fisik, demikian juga dengan kekerasan simbolik yang harus dilawan secara simbolik, seperti buku atau film yang merupakan simbolik.
“Kalau buku kan simbolik, hantam dan tulis dengan buku. Film juga simbolik, lawan dengan buat film. Kalau bisa, kalau tidak ya biarkan saja. Ngapain film picisan semacam itu ditonton? Saya tidak nonton,” katanya.
Itulah beda reaksi penggede NU dalam menyikapi penghinaan kepada Gus Dur dan penghinaan terhadap Rasulullah Saw. Orang awam akan segera menyimpulkan ternyata pembelaan dan kecintaan mereka kepada sosok Gus Dur lebih dahsyat, ketimbang pembelaan dan kecintaan mereka kepada Rasulullah Saw. Entah kenapa. (bilal/SI-onine/arrahmah.com)