AGARTALA (Arrahmah.com) – Polisi di negara bagian Tripura di India timur laut telah menangkap 31 Muslim Rohingya yang melarikan diri dari tindakan keras baru-baru ini oleh pemerintah nasionalis Hindu India.
Kelompok itu, yang termasuk 16 anak-anak dan enam wanita, ditangkap pada Selasa (22/1/2019) setelah ditolak masuk ke Bangladesh dan pejabat perbatasan dari kedua negara gagal untuk membuat kesepakatan.
India menganggap Rohingya yang mayoritas Muslim sebagai alien ilegal dan berpotensi mengancam keamanan. India pun telah memerintahkan puluhan ribu dari mereka yang tinggal di permukiman dan daerah kumuh yang tersebar di seluruh negara itu diidentifikasi dan dipulangkan ke Myanmar.
Sebanyak 1.300 orang Rohingya telah menyeberang ke Bangladesh dari India dalam beberapa pekan terakhir karena kekhawatiran akan dideportasi ke Myanmar yang mayoritas beragama Buddha.
Kelompok terakhir melintasi pagar kawat berduri di sepanjang perbatasan India di Rayermura di distrik Tripura Barat, tetapi penjaga perbatasan Bangladesh menghentikan mereka masuk.
Para pejabat setempat mengatakan, Rohingya yang ditangkap dibawa ke pengadilan di ibu kota Tripura, Agartala, yang menempatkan mereka dalam tahanan pengadilan selama 14 hari.
“Mereka mencoba memasuki wilayah India dari pihak Bangladesh dan BSF menolak mereka untuk masuk,” kata Brijesh Kumar, direktur inspektur jenderal Pasukan Keamanan Perbatasan India (BSF).
Pejabat polisi Ajay Kumar Das mengatakan sebuah kasus didaftarkan terhadap mereka di bawah Undang-Undang Imigrasi India karena mencoba menyusup secara ilegal ke wilayah India.
Berdasarkan penuturan para pengungsi, Penjaga Perbatasan Bangladesh (BGB) telah memukul mereka dan menyita kartu mereka yang dikeluarkan oleh badan pengungsi PBB, UNHCR.
“BGB memukuli saya, anak-anak saya, ibu saya, dan suami saya juga. Kami lapar tetapi mereka bahkan tidak memberi kami makanan atau air. Anak saya tidak sehat tetapi tidak ada obat,” kata Shahjida Begum yang berusia 19 .
Polisi mengatakan Rohingya yang ditangkap telah tinggal di Jammu dan Kashmir, satu-satunya negara bagian dengan mayoritas Muslim di India, selama enam tahun terakhir.
Mereka menambahkan bahwa tidak ada kartu UNHCR, yang biasanya dikeluarkan untuk para pengungsi, yang ditemukan.
Para pengungsi membantah klaim yang dibuat oleh otoritas setempat.
“Kami memiliki semua dokumen. Kami datang ke sini untuk mencari pekerjaan. BGB menyambar kartu-kartu kami,” Muhammad Shahjahan (27) mengatakan kepada Al Jazeera.
Shahjahan mengatakan seseorang dari Bangladesh telah meyakinkan mereka bahwa dia akan membantu mereka menyeberangi perbatasan India dengan jumlah sekitar $ 11 per keluarga.
“Dia datang pada malam hari untuk membantu kami menyeberang, tetapi BGB menangkap kami dan orang itu melarikan diri entah kemana,” kata Shahjahan.
Sementara itu, pada Senin malam (21/1), kelompok lain yang terdiri dari 30 pengungsi Rohingya, termasuk 12 anak-anak dan sembilan wanita, ditangkap di negara bagian Assam yang berdekatan ketika mereka bepergian dengan bus ke Guwahati
Kelompok itu juga datang mencari pekerjaan setelah mereka kehilangan pekerjaan di Kashmir, kata polisi. (Althaf/arrahmah.com)