YANGON (Arrahmah.com) – Berdalih akan mengelola pembangunan kembali desa-desa yang dibakar selama kekerasan di negara bagian Rakhine yang telah mengusir hampir setengah juta Muslim Rohingya melarikan diri ke Bangladesh, seorang menteri Myanmar menyatakan bahwa pemerintah akan mengambil alih tanah-tanah tersebut, demikian dilaporkan pada Rabu (27/9/2017).
Rencana pembangunan kembali kawasan yang hancur akibat kebakaran, yang oleh pemerintah telah disalahkan pada gerilyawan Rohingya, kemungkinan akan menimbulkan kekhawatiran tentang prospek kembalinya 480.000 pengungsi, dan menimbulkan kekhawatiran akan pembersihan etnis.
“Menurut undang-undang, lahan terbakar menjadi lahan yang dikelola pemerintah,” Menteri Sosial Myanmar, Win Myat Aye, mengatakan dalam sebuah pertemuan di ibukota negara bagian Rakhine, Sittwe, surat kabar Global New Light of Myanmar melaporkan.
Win Myat Aye juga memimpin sebuah komite yang bertugas menerapkan rekomendasi untuk memecahkan ketegangan Rakhine yang telah lama mendidih.
Mengutip undang-undang pengelolaan bencana, dia mengklaim dalam sebuah pertemuan dengan pihak berwenang pada Selasa (26/9) bahwa pembangunan kembali ini akan “sangat efektif”. Undang-undang tersebut menyatakan pemerintah mengawasi rekonstruksi di daerah-daerah yang rusak akibat bencana, termasuk konflik.
Tidak ada penjelasan mengenai rencana pembangunan maupun akses yang bisa diharapkan bagi Muslim Rohingya yang akan kembali ke kampung halaman mereka. Menteri tidak segera memberikan komentar.
Kelompok hak asasi manusia yang menggunakan citra satelit mengatakan bahwa sekitar separuh dari lebih 400 desa Rohingya di utara negara Rankine telah dibakar dalam kekerasan tersebut.
Pengungsi yang tiba di Bangladesh telah menuduh tentara dan warga Buddha melakukan kampanye kekerasan dan pembakaran yang ditujukan untuk mengusir Rohingya dari Myanmar.
Myanmar yang mayoritas penduduknya beragama Buddha menolak tuduhan PBB tentang pembersihan etnis terhadap Muslim Rohingya. Pemerintah telah mengklaim dalam laporan resminya bahwa sekitar setengah dari desa Rohingya telah ditinggalkan namun menyalahkan Pasukan Penyelamatan Arakan Rohingya (ARSA) atas kebakaran dan penyerangan terhadap warga sipil. (althaf/arrahmah.com)