KABUL (Arrahmah.id) – Menteri Luar Negeri Imarah Islam Afghanistan, Amir Khan Muttaqi, dalam sebuah wawancara dengan Tolo News mengatakan bahwa empat tahun sejak penandatanganan Perjanjian Doha, Amerika Serikat telah melanggar kesepakatan tersebut sebanyak 1.700 kali.
Muttaqi mengungkapkan informasi tentang lampiran perjanjian yang sebelumnya dirahasiakan, yang menurutnya termasuk masalah praktis seperti menentukan waktu evakuasi pasukan asing dari pos-pos mereka dan penundaan operasi oleh Taliban pada hari-hari tertentu untuk memungkinkan pasukan Amerika mengangkut pasukan dan material ke Bagram, misalnya.
“Dalam lampiran, disebutkan bahwa Mujahidin tidak boleh beroperasi di (tempat-tempat tertentu) karena orang Amerika, misalnya, bersembunyi di tempat mereka, dan mereka dilindungi oleh pasukan polisi setempat dan tentara nasional, atau, misalnya, dari Khost ke Kabul, setiap kali terjadi bentrokan, pihak lawan (AS) akan memberi tahu Taliban bahwa tentara kami akan pergi ke Kabul pada jam tujuh pagi besok sehingga tidak akan ada operasi di sepanjang rute ini sampai jam 7 malam,” katanya, lansir Tolo News (1/3/2024).
Menurut Muttaqi, Imarah Islam telah berkomitmen pada perjanjian dengan AS, namun AS belum berkomitmen pada perjanjian ini, katanya.
“Empat belas bulan, kami mencatat pelanggaran Amerika dan pengebomannya, mereka melakukan 1.700 pelanggaran. Anda dapat memperkirakan berapa banyak darah warga Afghanistan yang telah tumpah dan berapa banyak syuhada yang terbunuh dalam seribu tujuh ratus pelanggaran tersebut,” ujar Muttaqi.
Dalam wawancara tersebut, Menteri Luar Negeri mengatakan bahwa kurangnya pemerintah yang bertanggung jawab menyebabkan perundingan intra-Afghanistan tidak berhasil.
“Kami ingin perundingan ini selesai, perundingan berlangsung selama satu tahun, tapi tidak ada kemajuan yang terlihat. Alasannya adalah karena pemerintah Kabul tidak bersatu, tidak memiliki otoritas, kedua, mereka yang dikirim adalah perwakilan dari beberapa pangeran, dan mereka tidak memiliki kompetensi dan bakat untuk memajukan masalah Afghanistan dalam skala besar,” kata Amir Khan Muttaqi.
Pejabat Imarah Islam itu juga mengatakan bahwa penolakan proposal pemerintah caretaker untuk melakukan dialog yang berarti sehubungan dengan masalah Afghanistan dengan semua perwakilan khusus negara dalam pertemuan Doha kedua adalah salah satu alasan utama ketidakhadiran mereka dalam pertemuan Doha baru-baru ini.
Menteri Luar Negeri menekankan bahwa mereka akan berpartisipasi dalam pertemuan-pertemuan berikutnya jika tuntutan pemerintah sementara diterima. (haninmazaya/arrahmah.id)