(Arrahmah.com) – Imam Ibnu Abi Hatim ar-Razi, Ibnu Jarir ath-Thabari, Ibnu Mundzir, Ibnu Mardawaih, dan lain-lain dalam kitab tafsirnya meriwayatkan sebuah kisah tentang kesigapan generasi sahabat radhiyallahu ‘anhum dalam menyambut perintah Allah untuk berinfak di jalan Allah Ta’ala.
Kisah itu dituturkan oleh seorang ulama senior sahabat, Abdullah bin Mas’du radhiyallahu ‘anhu. Beliau bercerita: “Ketika turun ayat Allah Ta’ala:
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً
“Barangsiapa meminjamkan kepada Allah (berinfak di jalan Allah, edt) sebuah pinjaman yang baik (tanpa mengungkit-ungkit dan tanpa menyakiti hari penerima infak, edt) niscaya Allah akan melipat gandakan untukkan dengan kelipatan-kelipatan yang banyak.” (QS. Al-Baqarah [2]: 244-245)
Sahabat Abu Dahdah al-Anshari mendatangi Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam dan bertanya:
يَا رَسُولَ اللَّهِ، وَإِنَّ اللهَ لَيُرِيدُ مِنَّا الْقَرْضَ؟
“Wahai Rasulullah, apakah benar Allah menginginkan “pinjaman” dari kita?”
“Benar, wahai Abu Dahdah,” jawab Rasululullah Shallallahu ‘alaihi wa salam.
“Jika begitu, tunjukkanlah tangan Anda kepadaku wahai Rasulullah,” kata Abu Dahdah.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam pun mengulurkan tangan beliau kepada Abu Dahdah.
Sambil menggenggam erat tangan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam, Abu Dahdah berikrar:
فَإِنِّي قَدْ أَقْرَضْتُ رَبِّي حَائِطِي
“Sesungguhnya aku telah “meminjamkan” kepada Rabbku kebun kurmaku.”
Abdullah bin Mas’ud berkata: Kebun kurma Abu Dahdah berisi 600 pohon kurma, sedangkan Ummu Dahdah dan anak-anaknya tinggal di dalam kebun kurma itu.
Abu Dahdah lalu pulang ke kebunnya dan memanggil istrinya, “Wahai Ummu Dahdah.”
Ummu Dahdah menjawab, “Labbaik, aku penuhi panggilanmu.”
Abu Dahdah berkata:
اخْرُجِي فَقَدْ أَقْرَضْتُهُ رَبِّي عَزَّ وَجَلَّ
“Keluarlah dari kebun kurma kita, karena aku telah “meminjamkan” kebun kurma ini kepada Rabbku ‘Azza wa Jalla.”
Sungguh luar biasa, dengan ikhlas dan hati lapang, Ummu Dahdah al-Anshari menyambut gembira keputusan suaminya. Ummu Dahdah segera mengeluarkan barang-barang di dalam rumahnya yang berada di dalam kebun kurma itu. Ummu Dahdah memindahkan barang-barang itu dan anak-anaknya yang masih kecil-kecil ke luar kebun.
Ummu Dahdah berkata kepada suaminya:
رَبِحَ بَيْعُكَ يَا أَبَا الدَّحْدَاحِ
“Sungguh jual belimu telah mendapat laba, wahai Abu Dahdah.”
Melihat kedermawanan Abu Dahdah dan istrinya, Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam sangat kagum dan terharu. Beliau pun bersabda:
«رُبَّ نَخْلَةٍ مُدَلاةٍ، عُرُوقُهَا دُرٌّ وَيَاقُوتٌ، لِأَبِي الدَّحْدَاحِ فِي الْجَنَّةِ»
“Betapa banyak pohon kurma yang merunduk (karena lebatnya buah, edt), akar-akarnya dari mutiara dan Yaqut, bagi Abu Dahdah di surga.”(Tafsir Ibnu Abi Hatim, 10/3338 dan Tafsir Ibnu Katsir, 1/663)
Saudaraku seislam dan seiman…
Betapa jauhnya kesadaran berinfak kita dibandingkan generasi salaf shalih. Mereka rela menginfakkan rumah, kebun dan harta benda mereka lainnya yang paling berharga demi perjuangan menegakkan syariat Allah di muka bumi.
Di bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini, sudah saatnya kita menyentuh kesadaran nurani kita untuk memperbanyak infak di jalan Allah. Khususnya infak untuk menolong kaum muslimin yang tertindas dan mujahidin yang berperang melawan aliansi pasukan musyrik internasional (rezim Nushairiyah Suriah, Garda Revolusi “Syiah Imamiyah” Iran, milisi Syiah Irak dan milisi Syiah Hizbullah Lebanon) yang mengepung, membombardir dan membantai kaum muslimin di Suriah.
Juga infak untuk infak untuk menolong kaum muslimin yang tertindas dan mujahidin yang berperang melawan pasukan kekafiran di Afghanistan, Pakistan, Lebanon, Palestina, Irak, Yaman Selatan, Somalia, Mali, Chechnya, Rohingnya dan negeri-negeri kaum muslimin lainnya.
Masihkah kita berat dan kikir untuk meraih lipatan dua juta pahala dari sisi Allah di bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini? Jika di bulan Ramadhan saja kita masih merasa berat dan kikir, lantas kapan hati kita akan tergerak? Wallahu a’lam bish-shawab.
(muhibalmajdi/arrahmah.com)