(Arrahmah.com) – Di kalangan sahabat, Abdurrahman bin Auf radhiyallahu ‘anhu dikenal sebagai seorang yang sangat dermawan. Ia gemar menyumbangkan hartanya dalam jumlah yang sangat besar untuk membantu fakir miskin, janda, anak yatim dan jihad di jalan Allah Ta’ala.
Ia termasuk sahabat yang masuk Islam di awal dakwah (as-sabiqun al-awwalun), ikut berhijrah ke Madinah, turut serta dalam perang Badar dan perang-perang setelahnya dan salah satu dari sepuluh sahabat muhajirin yang diberi kabar gembira dengan surga (al-mubasyarun bil-jannah). Ia seorang sahabat mulia yang memiliki banyak keutamaan dan keistimewaan.
Pada suatu hari saat Abdurrahman bin Auf sedang berpuasa, pembantunya menghidangkan makanan lezat untuk berbuka puasa. Memandang makanan dan minuman lezat di atas meja makan tersebut, sahabat Abdurrahman bin Auf justru termenung dalam kesedihan. Lalu terdengarlah desahan nafasnya. Katanya:
قُتِلَ مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ وَهُوَ خَيْرٌ مِنِّي، كُفِّنَ فِي بُرْدَةٍ: إِنْ غُطِّيَ رَأْسُهُ بَدَتْ رِجْلاَهُ، وَإِنْ غُطِّيَ رِجْلاَهُ بَدَا رَأْسُهُ، وَأُرَاهُ قَالَ: وَقُتِلَ حَمْزَةُ وَهُوَ خَيْرٌ مِنِّي، ثُمَّ بُسِطَ لَنَا مِنَ الدُّنْيَا مَا بُسِطَ، أَوْ قَالَ: أُعْطِينَا مِنَ الدُّنْيَا مَا أُعْطِينَا، وَقَدْ خَشِينَا أَنْ تَكُونَ حَسَنَاتُنَا عُجِّلَتْ لَنَا، ثُمَّ جَعَلَ يَبْكِي حَتَّى تَرَكَ الطَّعَامَ
“Mush’ab bin Umair telah terbunuh, sedangkan ia lebih baik dariku. Ia hanya dikafani dengan sebuah kain pendek dari bulu domba. Jika kepalanya ditutupi dengan kain itu, maka kedua kakinya nampak terlihat dan jika kedua kakinya ditutup maka kepalanya nampak terlihat. Hamzah bin Abdul Muthalib juga telah terbunuh dan ia lebih baik dariku.
Lalu kenikmatan dunia dibukakan lebar-lebar kepada kita. Kami khawatir pahala amal-amal kebaikan kami telah disegerakan kepada kami di dunia.” Abdurrahman bin Auf kemudian menangis tersedu-sedu dan meninggalkan makanan buka puasa tersebut. (HR. Bukhari no. 4045)
Dikisahkan bahwa hal serupa juga dialami oleh Khabbab bin Art, seorang sahabat muhajirin yang dahulu pernah dipanggang di atas api oleh tuannya agar ia mau kembali kepada agama berhala. Sahabat mulia yang ikut berhijrah dan berjihad bersama Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa salam itu bercerita:
«هَاجَرْنَا مَعَ النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نُرِيدُ وَجْهَ اللَّهِ، فَوَقَعَ أَجْرُنَا عَلَى اللَّهِ، فَمِنَّا مَنْ مَضَى لَمْ يَأْخُذْ مِنْ أَجْرِهِ، مِنْهُمْ مُصْعَبُ بْنُ عُمَيْرٍ، قُتِلَ يَوْمَ أُحُدٍ، وَتَرَكَ نَمِرَةً، فَإِذَا غَطَّيْنَا رَأْسَهُ بَدَتْ رِجْلاَهُ، وَإِذَا غَطَّيْنَا رِجْلَيْهِ بَدَا رَأْسُهُ، فَأَمَرَنَا النَّبِيُّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَنْ نُغَطِّيَ رَأْسَهُ وَنَجْعَلَ عَلَى ِجْلَيْهِ شَيْئًا مِنَ الإِذْخِرِ، وَمِنَّا مَنْ أَيْنَعَتْ لَهُ ثَمَرَتُهُ، فَهُوَ يَهْدِبُهَا»
“Kami telah berhijrah bersama Nabi shallallahu ‘alaihi wa salam semata-mata karena ingin mencari wajah Allah, maka pahala kami pun telah tetap di sisi Allah. Di antara kami ada yang telah wafat tanpa mengambil pahalanya. Di antaranya adalah Mush’ab bin Umair. Ia terbunuh pada perang Uhud dan hanya meninggalkan sebuah kain pendek. Jika kami menutupi kepalanya dengan kain itu, maka kedua kakinya nampak terlihat dan jika kami menutupi kedua kakinya dengan kain itu maka kepalanya nampak terlihat.
Maka Rasululullah shallallahu ‘alaihi wa salam memerintahkan kepada kami untuk menutupi kepalanya dengan kain itu dan menutupi kedua kakinya dengan rumput Idzkhir. Dan di antara kami ada orang yang buah perjuangannya telah matang dan kini ia memetik hasilnya.” (HR. Bukhari no. 6448 dan Muslim no. 940)
Saudaraku seislam…
Kita memasuki bulan suci Ramadhan tahun ini di saat harga-harga barang melonjak tinggi, dampak dari “kebijakan” rezim kapiltalis sekuler menaikkan harga BBM. Walau ekonomi sulit dan angka kemiskinan semakin tinggi di negeri ini, kita harus senantiasa memanjatkan syukur kepada Allah Ta’ala karena setiap hari kita masih bisa berbuka puasa dan makan sahur, walau dengan menu makanan ala kadarnya.
Jika kita bisa menyantap menu buka puasa dan sahur, maka ingatlah jutaan saudara-saudara kita di Homs, Ghautah Timur dan seluruh wilayah Suriah lainnya yang kelaparan, kedinginan dan terancam nyawanya oleh mesin-mesin perang rezim Nushairiyah Suriah yang biadab. Ingatlah nasib jutaan pengungsi muslim Suriah yang mengenaskan di Turki, Yordania dan Lebanon. Ingatlah mujahidin yang berjihad di Suriah dengan senjata dan amunisi seadanya, dalam perut kosong karena kelaparan dan ketiadaan obat-obatan.
Jika kita bisa menyantap menu buka puasa dan sahur, maka ingatlah ratusan ribu saudara-saudara kita kaum muslimin Mali Utara yang mengungsi di Mauritania. Mereka terlunta-lunta akibat agresi militer penjajah salibis Perancis dan pasukan salibis negara-negara Afrika Barat. Ingatlah mujahidin yang berjihad di Mali dengan senjata dan amunisi seadanya, dalam perut kosong karena kelaparan dan ketiadaan obat-obatan.
Jika kita bisa menyantap menu buka puasa dan sahur, maka ingatlah ratusan ribu saudara-saudara kita kaum muslimin Rohingnya yang diusir, ditangkapi, disiksa dan dibantai seccara biadab oleh teroris Budha Burma. Ingatlah ratusan ribu muslimin Rohingnya yang terancam nyawanya di lautan Hindia dengan perahu tanpa mesin. Ingatlah ribuan muslimin Rohingnya yang terlunta-lunta di kamp pengungsian Bangladesh.
Jika kita bisa menyantap menu buka puasa dan sahur, maka ingatlah ratusan ribu saudara-saudara kita kaum muslimin Somalia yang menderita karena agresi militer penjajah salibis Uni Afrika dan rezim sekuler Somalia. Ingatlah mujahidin yang berjihad di Somalia dengan senjata dan amunisi seadanya, dalam perut kosong karena kelaparan dan ketiadaan obat-obatan.
Jika kita bisa menyantap menu buka puasa dan sahur, maka ingatlah ratusan ribu saudara-saudara kita kaum muslimin Afghanistan yang menderita karena agresi militer penjajah salibis Amerika, Inggris dan Barat (ISAF). Ingatlah mujahidin yang berjihad di Afghanistan dan Pakistan dengan senjata dan amunisi seadanya, dalam perut kosong karena kelaparan dan ketiadaan obat-obatan.
Kaum muslimin di mana-mana dalam keadaan berduka. Penjajahan, pembantaian, pengusiran, kelaparan dan masalah-masalah berat lainnya mendera mereka. Tidak sepantasnya kita menghambur-hamburkan harta kita untuk menyediakan menu makanan yang enak saat kita berbuka puasa dan bersahur.
Ingatlah, ada orang-orang yang lebih baik dari kita yang lebih berhak menikmatinya. Ingatlah, ada saudara-saudara muslim kita di berbagai belahan dunia yang lebih membutuhkannya demi mempertahankan agama dan nyawa mereka. Ingatlah, mereka adalah saudara kita dan kita adalah saudara mereka. Wallahu a’lam bish-shawab. (muhibalmajdi/arrahmah.com)