(Arrahmah.com) – Bulan suci Ramadhan adalah bulan diturunkannya Al-Qur’an al-Karim. Selain disunahkan untuk banyak membaca dan mengkhatamkan Al-Qur’an, kita juga disunahkan untuk mentadabburi makna ayat-ayat Al-Qur’an yang kita baca. Setelah memahami, selanjutnya kita harus mengamalkan dan menjadikan Al-Qur’an ~bersama hadits Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam~ sebagai pedoman hidup kita.
Sudah dimaklumi bersama bahwa setan senantiasa berusaha sekuat upaya untuk menyesatkan manusia. Untuk menghadapi tipudaya setan, Allah membekali hidup manusia dengan petunjuk hidup, yaitu dengan diturunkannya kitab suci dan diutusnya para nabi-rasul.
Al-Qur’an adalah peringatan dan petunjuk Allah kepada umat manusia. Al-Qur’an dijelaskan secara terperinci dan jelas oleh Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam. Dengan mengikuti Al-Qur’an dan as-sunnah, umat manusia akan selamat dari tipudaya setan di dunia dan akhirat. Dengan mengikuti Al-Qur’an dan as-sunnah, semua aspek kehidupan manusia di dunia akan terbimbing dan diberkahi oleh Allah Ta’ala.
Demikian pula nasib manusia di akhirat kelak, sebagai penduduk surga atau penduduk neraka, akan ditentukan dari sikap manusia terhadap Al-Qur’an dan as-sunnah. Siapa beriman dan mengikuti petunjuk Al-Qur’an dan as-sunnah niscaya akan menjadi penduduk surga. Dan barangsiapa kafir dan membangkang dari Al-Qur’an dan as-sunnah niscaya akan menjadi penduduk neraka. Allah Ta’ala berfirman:
قُلْنَا اهْبِطُوا مِنْهَا جَمِيعًا فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنْ تَبِعَ هُدَايَ فَلَا خَوْفٌ عَلَيْهِمْ وَلَا هُمْ يَحْزَنُونَ (38) وَالَّذِينَ كَفَرُوا وَكَذَّبُوا بِآيَاتِنَا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (39)
Kami katakan: “Turunlah kalian semua dari surga! Maka jika datang kepada kalian petunjuk darik-Ku, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku niscaya mereka tidak akan merasakan takut dan tidak pula mereka merasakan sedih. Dan orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itulah penduduk nereka, kekal mereka di dalamnya.” (QS. Al-Baqarah [2]: 38-39)
Allah Ta’ala juga berfirman:
قَالَ اهْبِطَا مِنْهَا جَمِيعًا بَعْضُكُمْ لِبَعْضٍ عَدُوٌّ فَإِمَّا يَأْتِيَنَّكُمْ مِنِّي هُدًى فَمَنِ اتَّبَعَ هُدَايَ فَلَا يَضِلُّ وَلَا يَشْقَى (123) وَمَنْ أَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنْكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى (124)
Allah berfirman: “Turunlah kalian semua dari surga! Sebagian kalian akan menjadi musuh bagi sebagian lainnya. Maka jika datang kepada kalian petunjuk dari-Ku, maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku niscaya ia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka. Dan barangsiapa berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkannya pada hari kiamat dalam keadaaan buta.” (QS. Thaha [20]: 123-124)
Sahabat Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Makna firman Allah ‘maka barangsiapa mengikuti petunjuk-Ku niscaya ia tidak akan tersesat dan tidak akan celaka‘ adalah ia tidak akan tersesat di dunia dan tidak akan celaka di akhirat.” (Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Tafsir al-Qur’an al-Azhim, 5/322)
Sudah sejak lama Al-Qur’an diabaikan oleh segolongan besar manusia yang mengklaim diri mereka sebagai bagian dari umat Islam. Mereka meyakini Al-Qur’an sebagai kitab suci dari Allah Ta’ala yang terpelihara kemurniaannya dari segala bentuk penambahan, pengurangan, penyelewengan dan pengubahan. Mereka meyakini Al-Qur’an sebagai pedoman hidup dalam urusan ibadah ritual seperti shalat, zakat, puasa, umrah, haji, warisan dan pernikahan.
Namun mereka tidak meyakini Al-Qur’an sebagai pedoman hidup untuk menggapai kebahagiaan dalam seluruh aspek kehidupan duniawi lainnya. Mereka meyakini Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup dalam urusan pribadi dengan Allah. Namun mereka tidak meyakini Al-Qur’an sebagai petunjuk hidup dalam urusan sesama manusia. Mereka tidak meyakini Al-Qur’an sebagai satu-satunya pedoman hidup dalam bidang ekonomi, politik, pemerintahan, sosial, budaya, ilmu pengetahuan dan keamanan.
Mereka menolak Al-Qur’an yang diturunkan Allah sebagai petunjuk hidup di bidang ekonomi, dan mereka lebih memilih sistem ekonomi materialis liberalis atau ekonomi sosialis hasil oleh pikiran dan hawa nafsu orang-orang kafir Barat.
Mereka menolak Al-Qur’an yang diturunkan Allah sebagai petunjuk hidup di bidang politik dan pemerintahan, dan mereka lebih memilih sistem demokrasi sekuler hasil oleh pikiran dan hawa nafsu orang-orang kafir Barat.
Mereka menolak Al-Qur’an yang diturunkan Allah sebagai petunjuk hidup di bidang sosial dan budaya, dan mereka lebih memilih sistem sosial-budaya liberalis hasil oleh pikiran dan hawa nafsu orang-orang kafir Barat.
Mereka menolak Al-Qur’an yang diturunkan Allah sebagai petunjuk hidup di bidang pertahanan dan militer, dan mereka lebih memilih sistem pertahanan dan militer sekuleris hasil oleh pikiran dan hawa nafsu orang-orang kafir Barat. Mereka mengharamkan i’dad dan jihad fi sabilillah demi menegakkan syariat Allah, dan memilih pendidikan militer bagi segelintir orang yang akan mereka jadikan budak pengawal sistem pemerintahan kufur mereka.
Mereka menolak Al-Qur’an yang diturunkan Allah sebagai petunjuk hidup di ideologi, dan dan mereka lebih memilih sistem ideologi sekuleris-nasionalis hasil oleh pikiran dan hawa nafsu orang-orang kafir Barat.
Mereka mengklaim beriman kepada Al-Qur’an, namun sejatinya mencampakkan perintah-perintah dan larangan-larangan Al-Qur’an. Mereka meyakini Al-Qur’an adalah wahyu dari Allah Ta’ala, namun tidak mau menjadikannya sebagai petunjuk dan pedoman hidup mereka. Sebab, mereka bukanlah orang yang beriman, berislam dan bertakwa yang sesungguhnya. Maha Benar Allah Ta’ala yang telah berfirman:
ذَلِكَ الْكِتَابُ لَا رَيْبَ فِيهِ هُدًى لِلْمُتَّقِينَ
“Kitab [Al-Qur’an] ini tiada keraguan sedikit pun padanya [bahwa ia wahyu dari Allah Ta’ala], sebagai petunjuk bagi orang-orang yang bertakwa.” (QS. Al-Baqarah [2]: 2)
Wallahu a’lam bish-shawab.
(muhibalmajdi/arrahmah.com)