(Arrahmah.com) – Imam Ahmad dan Al-Baihaqi meriwayatkan dari seorang tabi’in, Uqail bin Syumair ar-Riyahi, bahwasanya suatu saat sahabat Abdullah bin Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhuma meminum air dingin, tiba-tiba beliau menangis tersedu-sedu.
Kontan hal itu membuat orang-orang keheranan. Mereka bertanya kepada Ibnu Umar, “Apa yang membuat Anda menangis tersedu-sedu?”
Namun jawaban Ibnu Umar radhiyallahu ‘anhuma lebih mengherankan lagi. Beliau berkata:
” ذَكَرْتُ آيَةً فِي كِتَابِ اللهِ عَزَّ وَجَلَّ: {وَحِيلَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَشْتَهُونَ} فَعَرَفْتُ أَنَّ أَهْلَ النَّارِ لَا يَشْتَهُونَ إِلَّا الْمَاءَ الْبَارِدَ، وَقَدْ قَالَ اللهُ عَزَّ وَجَلَّ: {أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ}”
“Aku teringat dengan sebuah ayat di dalam kitab Allah Azza wa Jalla (Al-Qur’an):
{وَحِيلَ بَيْنَهُمْ وَبَيْنَ مَا يَشْتَهُونَ}
“Dan diberi penghalang antara mereka (penduduk neraka) dan apa yang mereka inginkan…” (QS. Saba’ [34]: 54)
Maka aku mengerti bahwa penduduk neraka hanya menginginkan air dingin semata. Sebab Allah Azza wa Jalla telah berfirman:
{أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللهُ}
“[Dan penduduk neraka memanggil penduduk surga]: ‘Curahkanlah kepada kami sedikit air atau sedikit saja dari rizki yang Allah karuniakan kepada kalian.” – QS. Al-A’raf [7]: 50 – (HR. Ahmad dalam Az-Zuhd no. 1055 dan Al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman no. 4294)
Saudaraku seislam dan seiman…
Di bulan suci Ramadhan ini kita berpuasa rata-rata 13 jam dalam sehari. Sejak dari terbit fajar sampai terbenam matahati, kita menahan lapar dan dahaga. Selama kurang dari setengah satu hari tersebut kita bisa merasakan kondisi yang dialami oleh orang-orang fakir dan miskin yang kelaparan.
Dalam suasana tersebut, hal yang paling kita inginkan adalah air sejuk yang akan melegakan tenggorokan dan melepaskan dahaga kita. Tak jarang sejak siang hari kita sudah merancang seabrek jenis minuman yang akan menemani buka puasa kita; air putih, es buah, kolak pisang, juice segar, es the dan entah apa lagi.
Keinginan terhadap beragam jenis air segar itu begitu kuat. Padahal kita hanya menahan haus kurang dari setengah hari. Itu pun seringkali kita tidak merasakan panas terik matahari yang menyengat kulit kita. Seringkali kita menjalani 13 jam penantian tersebut dalam ruanga kelas, kantor, masjid atau rumah. Tak jarang pula kita merasakan sejuknya hembusan AC dan kipas angin.
Hal itu tentu sangat jauh berbeda dengan kondisi penduduk neraka di akhirat kelak. Mereka dibakar oleh api neraka yang panasnya 70 kali lipat dari panasnya api di dunia. Pembakaran itu berlangsung secara terus-menerus, tanpa pernah ada kata berhenti dan istirahat. Setiap kali kulit hangus terbakar, maka akan diganti dengan kulit yang baru sehingga siksaan pedih itu selalu bisa dirasakan. Setiap kali kehausan, maka air mendidih yang memburaikan usus-usus dan nanah yang “memabukkan”lah menu tetapnya. Tiada tempat berteduh dan berlindung dari panasnya siksaan. Bahkan percikan-percikan api neraka besarnya seukuran istana, sebagaimana Allah kisahkan dalam surat Al-Mursalat [77] ayat 31-33. Na’udzu billah min dzalik.
Maka tiada hal yang lebih diinginkan oleh penduduk neraka selain air dingin dan air sejuk. Seteguk air dingin yang bisa melegakan tenggorokan. Sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta’ala:
وَنَادَى أَصْحَابُ النَّارِ أَصْحَابَ الْجَنَّةِ أَنْ أَفِيضُوا عَلَيْنَا مِنَ الْمَاءِ أَوْ مِمَّا رَزَقَكُمُ اللَّهُ
Dan penduduk neraka memanggil penduduk surga: ‘Curahkanlah kepada kami sedikit air atau sedikit saja dari rizki [makanan dan buah-buahan] yang Allah karuniakan kepada kalian.” (QS. Al-A’raf [7]: 50)
Namun inilah jawaban penduduk surga:
قَالُوا إِنَّ اللَّهَ حَرَّمَهُمَا عَلَى الْكَافِرِينَ
Mereka menjawab: “Sesungguhnya Allah mengharamkan keduanya bagi orang-orang kafir.”(QS. Al-A’raf [7]: 50)
Saudaraku seislam dan seiman…
Seteguk air segar dan sepotong buah pun Allah cegah penduduk neraka untuk mencicipinya. Penduduk neraka dalam ayat yang mulia di atas adalah penduduk neraka yang akan kekal menghuni neraka, yaitu orang-orang kafir.
Dan tahukah kita, siapa apa ciri-ciri orang-orang kafir tersebut? Allah Ta’ala sendiri yang menjelaskannya dalam lanjutan ayat tersebut:
الَّذِينَ اتَّخَذُوا دِينَهُمْ لَهْوًا وَلَعِبًا وَغَرَّتْهُمُ الْحَيَاةُ الدُّنْيَا
“Yaitu orang-orang yang menjadikan agama mereka sebagai ucapan sendau gurau dan permainan belaka, dan mereka dilalaikan oleh kenikmatan hidup dunia.” (QS. Al-A’raf [7]: 51)
Kita mengaku beragama Islam dan mengimani Al-Qur’an. Kita mengaku beriman kepada Allah, rasul-Nya dan hari akhir. Namun barangkali selama ini kita masih tidak serius dalam membuktikan keislaman dan keimanan kita kepada Al-Qur’an. Banyak petunjuk hidup Al-Qur’an dan as-sunnah yang kita tidak mengetahuinya, memahaminya dan mengamalkannya.
Kesibukan kita mengejar kemapanan dan kenikmatan hidup dunia lebih mendominasi kehidupan kita, dibandingkan keseriusan kita menyiapkan bekal untuk meraih kehidupan yang mapan di akhirat kelak. Secara tidak sadar, kita meniru sifat orang-orang kafir “…menjadikan agama mereka sebagai ucapan sendau gurau dan permainan belaka, dan mereka dilalaikan oleh kenikmatan hidup dunia.” Astaghfirullah al-Azhim.
Semoga bulan suci Ramadhan ini menyadarkan kita akan hakekat tugas kita di dunia ini. Semoga kita bisa menyadari keagungan, kemurahan, dan kasih sayang Allah kepada kita dalam pensyariatan Al-Qur’an dan as-sunnah sebagai pedoman hidup kita. Semoga kita bisa melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya dengan ikhlas, ridha dan lapang dada, betapapun beratnya perintah dan larangan tersebut. Sebab semua itu bertujuan untuk kebahagiaan abadi kita kelak di hari akhir. Wallahu a’lam bish-shawab. (muhibalmajdi/arrahmah.com)