(Arrahmah.com) – Sahabat Abdullah bin Umar bin Khathab radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Ketika turun firman Allah Ta’ala:
مَثَلُ الَّذِينَ يُنْفِقُونَ أَمْوَالَهُمْ فِي سَبِيلِ اللَّهِ كَمَثَلِ حَبَّةٍ أَنْبَتَتْ سَبْعَ سَنَابِلَ فِي كُلِّ سُنْبُلَةٍ مِائَةُ حَبَّةٍ وَاللَّهُ يُضَاعِفُ لِمَنْ يَشَاءُ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ
“Perumpamaan orang-orang yang menginfakkan harta-harta mereka di jalan Allah adalah seperti sebutir biji (benih) yang menumbuhkan tujuh tangkai, pada masing-masing tangkai terdapat seratus biji. Allah melipatgandakan (balasan) kepada siapa saja yang Allah kehendaki. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 261)
Maka Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam berdoa:
رَبِّ زِدْ أُمَّتِي
“Wahai Rabbku, tambahkanlah (pahala) untuk umatku!”
Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat:
مَنْ ذَا الَّذِي يُقْرِضُ اللَّهَ قَرْضًا حَسَنًا فَيُضَاعِفَهُ لَهُ أَضْعَافًا كَثِيرَةً
“Barangsiapa meminjamkan kepada Allah (berinfak di jalan Allah, edt) sebuah pinjaman yang baik, niscaya Allah akan melipat gandakan untuknya dengan kelipatan-kelipatan yang banyak.” (QS. Al-Baqarah [2]: 245)
Namun Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam tetap berdoa:
رَبِّ زِدْ أُمَّتِي
“Wahai Rabbku, tambahkanlah (pahala) untuk umatku!”
Maka Allah Ta’ala menurunkan ayat:
إِنَّمَا يُوَفَّى الصَّابِرُونَ أَجْرَهُمْ بِغَيْرِ حِسَابٍ
“Hanya orang-orang bersabarlah yang disempurnakan pahalanya tanpa batas.” (QS. Az-Zumar [39]: 10) (HR. Ibnu Hibban no. 4648 dan Ath-Thabarani dalam Al-Mu’jam al-Awsath no. 5645. Al-Hafizh Nuruddin al-Haitsami berkata: Di dalam sanadnya ada Isa bin Musayyab, seorang perawi yang lemah)
Saudaraku seislam dan seiman…
Manusia memiliki tabiat sangat mencintai harta. Begitu besarnya rasa cinta kepada harta sehingga manusia ingin menggenggam erat-erat hartanya, tak mau melepaskannya kecuali untuk sesuatu yang sangat penting, mendesak atau jika mendatangkan keuntungan yang lebih besar dari harta yang ia keluarkan tersebut.
Rasa cinta yang berlebihan terhadap harta telah membuat kebanyakan manusia kikir dan enggan mengeluarkan kewajiban-kewajiban yang telah ditetapkan Allah dan Rasul-Nya dalam hartanya.
Allah Ta’ala berfirman:
وَتُحِبُّونَ الْمالَ حُبًّا جَمًّا
“Dan kalian mencintai harta dengan kecintaan yang sangat besar.”(QS. Al-Fajr [89]: 20)
وَإِنَّهُ لِحُبِّ الْخَيْرِ لَشَدِيدٌ
“Dan sesungguhnya manusia dalam mencintai harta sangatlah kuat.” (QS. Al-‘Adiyat [100]: 8)
Imam Al-Qurthubi mengatakan: “Maksud dari وَإِنَّهُ adalah dan sesungguhnya manusia tanpa kecuali. Maksud dari لِحُبِّ الْخَيْرِ adalah dalam mencintai harta. Maksud dari لَشَدِيدٌ adalah sangat kuat mencintai harta. Ada juga ulama yang menyatakan maknanya adalah sangat kikir.” (Al-Qurthubi, Al-Jami’ li-Ahkamil Qur’an, 20/162)
Saudaraku seislam dan seiman…
Kita telah menyadari dua sifat buruk yang menjadi tabiat diri kita, yaitu cinta harta secara berlebihan dan kikir untuk berinfak. Maka kita bisa meresapi kenapa Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa salam meminta tambahan pahala infak kepada Allah Ta’ala. Tambahan pahala itu sangat perlu untuk memotivasi kita, umat beliau, agar rela menginfakkan harta kita dan mengikis penyakit kikir dalam hati kita.
Hanya orang-orang yang mengharapkan ridha Allah dan pahala di sisi-Nya semata yang akan mampu melawan rasa kikir di dalam hatinya. Hanya orang-orang yang menginginkan ampunan Allah dan karunia-Nya di akhirat kelak yang rela menginfakkan sebagian hartanya di jalan Allah. Dan hanya orang-orang yang ingin menjadi hamba Allah sejati dan terbebas dari belenggu setan semata yang tergerak hatinya untuk memenuhi panggilan infak di jalan Allah Ta’ala.
Setelah menguraikan anjuran dan keutamaan untuk berinfak di jalan Allah, Allah Ta’ala berfirman:
الشَّيْطانُ يَعِدُكُمُ الْفَقْرَ وَيَأْمُرُكُمْ بِالْفَحْشاءِ وَاللَّهُ يَعِدُكُمْ مَغْفِرَةً مِنْهُ وَفَضْلاً وَاللَّهُ واسِعٌ عَلِيمٌ
“Setan menjanjikan (menakut-nakuti) kalian dengan kemiskinan dan memerintahkan kalian untuk berbuat keji, sedangkan Allah menjanjikan kepada kalian ampunan dari-Nya dan karunia-Nya. Dan Allah Maha Luas lagi Maha Mengetahui.” (QS. Al-Baqarah [2]: 268)
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwasanya Nabi Shallallahu ‘alaihi wa salam bersabda:
مَا مِنْ يَوْمٍ يُصْبِحُ العِبَادُ فِيهِ، إِلَّا مَلَكَانِ يَنْزِلاَنِ، فَيَقُولُ أَحَدُهُمَا: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُنْفِقًا خَلَفًا، وَيَقُولُ الآخَرُ: اللَّهُمَّ أَعْطِ مُمْسِكًا تَلَفًا “
“Tidaklah ada suatu hari di mana seorang hamba memasuki waktu pagi, kecuali pada saat itu ada dua orang malaikat yang turun (ke bumi). Salah seorang malaikat itu berdoa: ‘Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang berinfak’. Sedangkan malaikat yang lain berdoa: ‘Ya Allah, berilah kehancuran kepada orang yang enggan berinfak’.” (HR. Bukhari no. 1442 dan Muslim no. 1010)
Saudaraku seislam dan seiman…
Di hadapan kita ada dua panggilan; panggilan Allah dan panggilan setan. Allah Ta’ala memanggil kita untuk berinfak, dan Allah menjanjikan ampunan dan karunia-Nya di akhirat kelak sebagai balasannya. Sementara itu setan memanggil kita untuk kikir dan enggan berinfak. Setan menakut-nakuti kita dengan kemiskinan dan berkurangnya harta kita jika kita berinfak.
Seorang muslim meyakini bahwa janji Allah selalu benar dan ancaman setan hanyalah gertak sambal belaka. Di akhirat kelak akan terbukti sepenuhnya janji Allah Ta’ala dan kepalsuan bujuk rayuan setan.
Maka bulan suci Ramadhan yang penuh berkah ini adalah moment yang paling tepat untuk menumbuhkan kesadaran kita berinfak di jalan Allah. Infak untuk obat-obatan, makanan, amunisi dan senjata bagi kaum muslimin Suriah yang dibantai secara keji oleh rezim Nushairiyah Suriah dan aliansi Syiah internasional.
Juga infak untuk untuk obat-obatan, makanan, amunisi dan senjata bagi kaum muslimin di Rohingnya, Gaza, Irak, Pakistan, Afghanistan, Somalia, Mali Utara dan bumi-bumi jihad lainnya. Janganlah ditunda-tunda lagi, semoga ampunan Allah dan berkah-Nya turun kepada kita. Amiin. (muhibalmajdi/arrahmah.com)