(Arrahmah.com) – Bulan Ramadhan yang penuh berkah telah datang kepada kita. Tamu agung yang hanya datang sekali dalam setahun itu kembali hadir di tengah kita, segala puji bagi Allah Rabb seluruh alam.
Setiap kali bulan suci Ramadhan datang, hati kita bergetar karena perasaan campur aduk. Bahagia, sedih, penuh harap, takut, juga malu. Bahagia karena bulan yang penuh dengan rahmat dan ampunan Allah itu menghampiri kita. Hati kita penuh harap termasuk dalam golongan yang mendapatkan limpahan rahmat Allah Ta’ala, ampunan-Nya dan pembebasan dari api neraka. Takut apabila kita tidak mampu mengisi bulan penuh berkah ini dengan amal shalih semaksimal yang mampu kita usahakan.
Di atas semua perasaan itu, terselip rasa sedih dan malu kepada Allah Ta’ala. Sedih, betapa shaum Ramadhan tahun kemarin ternyata tak membawa perubahan keimanan ke arah yang lebih baik dalam sebelas bulan pasca Ramadhan, sampai akhirnya datang bulan Ramadhan tahun ini. Keimanan dan amal shalih kita tak mengalami peningkatan yang berarti selama sebelas bulan terakhir ini, tidak secara kwalitas, bahkan tidak pula secara kwantitas.
Allah Ta’ala telah mengaruniakan kepada kita bulan suci Ramadhan pada tahun kemarin. Bulan untuk meningkatkan iman dan amal shalih, secara kwalitas dan kwantitas, semata-mata agar kita bisa menggapai derajat takwa. Allah Ta’ala juga telah mengaruniakan kepada kita kesehatan dan usia selama sebelas bulan berikutnya, sampai akhirnya bulan Ramadhan tahun ini datang kepada kita.
Ada rasa malu yang membuncah di hati, saat mengenang segala ucapan lisan, perbuatan anggota badan dan polah tingkah hati kita selama sebelas bulan kemarin. Perintah-perintah Allah yang kita lalaikan, remehkan, telantarkan dan tinggalkan. Larangan-larangan Allah yang justru kita gandrungi, kejar dan langgar tanpa ragu-ragu.
Ya Allah, Ramadhan ini adalah cermin yang memantulkan kembali bayangan semua hal yang telah kami lakukan selama sebelas bulan terakhir ini. Ya Allah, kami sadar sepenuhnya bayangan itu begitu gelap, buram, memalukan dan menjijikkan. Ya Allah, dengan kemurahan-Mu, jadikanlah Ramadhan kali ini sebagai penghapus semua jejak hitam kehidupan kami selama sebelas bulan kemarin.
Ya Allah, Engkau bermurah hati mengantarkan hamba-Mu yang lemah dan penuh dosa ini untuk hadir di depan cermin Ramadhan, maka kemurahan-Mu pula sandaran kami untuk mengisi Ramadhan tahun ini.
قُلْ يَا عِبَادِيَ الَّذِينَ أَسْرَفُوا عَلَى أَنْفُسِهِمْ لَا تَقْنَطُوا مِنْ رَحْمَةِ اللَّهِ إِنَّ اللَّهَ يَغْفِرُ الذُّنُوبَ جَمِيعًا إِنَّهُ هُوَ الْغَفُورُ الرَّحِيمُ (53) وَأَنِيبُوا إِلَى رَبِّكُمْ وَأَسْلِمُوا لَهُ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ ثُمَّ لَا تُنْصَرُونَ (54) وَاتَّبِعُوا أَحْسَنَ مَا أُنْزِلَ إِلَيْكُمْ مِنْ رَبِّكُمْ مِنْ قَبْلِ أَنْ يَأْتِيَكُمُ الْعَذَابُ بَغْتَةً وَأَنْتُمْ لَا تَشْعُرُونَ (55)
Katakanlah: “Wahai hamba-hamba-Ku yang melampaui batas atas diri mereka sendiri (dengan banyak berbuat dosa), janganlah kalian berputus asa dari rahmat Allah. Sesungguhnya Allah mengampuni seluruh dosa. Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.
Kembalilah kalian kepada Rabb kalian dan berserah dirilah kalian kepada-Nya sebelum datang kepada kalian azab, kemudian kalian tidak ditolong.
Ikutilah hal terbaik yang diturunkan kepada kalian dari Rabb kalian (yaitu wahyu syariat Allah) sebelum datang kepada kalian azab secara tiba-tiba, sedangkan kalian tidak menyadarinya.” (QS. Az-Zumar [39]: 53-55)
Imam Ibnu Katsir ad-Dimasyqi (wafat tahun 774 H) berkata: “Ayat yang mulia ini adalah ajakan kepada semua pelaku kemaksiatan, dari kalangan orang-orang kafir dan orang-orang selain mereka (muslim, edt) untuk taubat dan kembali kepada-Nya; juga pemberitahuan bahwa Allah Ta’ala mengampuni semua dosa bagi orang yang mau bertaubat dan meninggalkan dosa tersebut, apapun dosa tersebut, dan seberapapun banyaknya dosa tersebut, sekalipun sebanyak buih di lautan.” (Ibnu Katsir ad-Dimasyqi, Tafsir Al-Qur’an al-Azhim, 7/106)
Wallahu a’lam bish-shawab.
(muhibalmajdi/arrahmah.com)