SAN’A (Arrahmah.com) – Ratusan ribu orang berdemonstrasi di Yaman pada hari Minggu (17/4/2011) mengecam Presiden Ali Abdullah Saleh yang telah mengatakan bahwa perempuan tidak boleh mengambil bagian dalam aksi protes, Guardian melaporkan.
Dalam pidato pada hari Jumat, Saleh mengutuk aktivitas campur-baur antara laki-laki dan perempuan pada demonstrasi. Menurutnya, hal itu melanggar hukum Islam. Komentar ini membuat banyak rakyat Yaman marah dan mendorong gerakan pemuda untuk melakukan aksi protes.
Ada jumlah suara yang signifikan, dengan lebih dari 100.000 orang – dan sebagian besar perempuan – turun ke jalan di Taiz dan puluhan ribu lagi berbaris di IBB, Aden, Shabwa, dan kota-kota lainnya. Para pengunjuk rasa juga menuntut agar Saleh segera hengkang dari kekuasaannya.
Demonstrasi ini merupakan demonstrasi anti-Saleh pertama kalinya yang dipimpin oleh perempuan. Meski bulan lalu, belum banyak perempuan yang ambil bagian dalam unjuk rasa tersebut.
Pekan lalu, enam negara Dewan Kerjasama Teluk menawarkan proposal agar Saleh mengalihkan kekuasaan kepada wakilnya dan mencari cara untuk mengakhiri kerusuhan.
Lebih dari 200 orang telah tewas oleh pasukan keamanan yang berusaha membubarkan protes degan menggunakan peluru tajam, gas air mata, dan tongkat selama empat minggu terakhir.
Demonstrasi juga meletus pada hari Minggu di kota pertanian selatan Deraa, yang telah menjadi pusat dari gerakan protes, dan kota terdekat Suweida.
Saksi yang dihubungi Guardian melalui telepon mengatakan puluhan ribu orang berbaris di Deraa, berteriak “Siapapun yang membunuh rakyatnya sendiri adalah pengkhianat!” Sementara yang lainnya meneriakkan slogan: “Rakyat ingin menggulingkan rezim.”
Demonstrasi serupa terjadi di Suweida yang diikuti sekitar 300 orang. Saksi mata mengatakan polisi memukuli demonstran dengan pentungan, melukai beberapa dari mereka. (althaf/arrahmah.com)