Lebih dari 145.000 keluarga pengungsi Suriah di Yordania, Lebanon dan Mesir dikepalai oleh perempuan, ungkap sebuah laporan PBB yang dirilis pada Selasa (8/7/2014), seperti dilansir MEMO.
Laporan ini mencakup “perjuangan mereka dalam mempertahankan martabat mereka dan merawat keluarga mereka dalam pelarian, rumah yang penuh sesak dan tempat penampungan sementara yang tidak aman dan tenda-tenda.”
Sekitar tiga juta pengungsi Suriah tinggal di Yordania, Lebanon dan Mesir, menurut perkiraan resmi.
Laporan, yang diterbitkan oleh Komisaris PBB untuk Pengungsi atau United Nations Commissioner for Refugees (UNHCR) Antonio Guterres dalam konferensi pers di Amman, Yordania, menambahkan bahwa “banyak kepala rumah tangga Suriah yang menghadapi ancaman kekerasan atau eksploitasi, selain bahwa anak-anak mereka menderita krisis psikologis. “
Berjudul “Perempuan Sendirian – Berjuang untuk Kelangsungan Hidup oleh Perempuan Pengungsi Suriah”, laporan itu menyatakan bahwa kaum perempuan terdorong untuk pergi keluar dan mencari pekerjaan untuk memberikan keluarga mereka kebutuhan pokok “setelah menghabiskan tabungan mereka sampai cincin kawin [mereka]”.
Pengungsi Suriah bernama Diala tinggal di kota Alexandria, Mesir utara, dikutip dalam laporan itu ia mengatakan: “Perempuan sendirian di Mesir adalah mangsa bagi pria”. Sementara Zahwa, yang tinggal di Yordania, menyatakan bahwa ia bahkan “dilecehkan” oleh para pengungsi ketika ia mengumpulkan kupon makanan.
Nur, yang tinggal di Lebanon, mengatakan ia “lebih memilih untuk menaburkan garam di atas luka, dan diam atas gangguan dan pelecehan.”
Sementara itu, Komisaris Tinggi PBB untuk Pengungsi meminta pemerintah dan masyarakat internasional untuk “mengambil langkah-langkah baru yang mendesak” untuk mengatasi krisis ini.
(banan/arrahmah.com)