LILONGWE (arrahmah.com) – Sekelompok Muslimah muda Malawi telah meluncurkan sebuah inisiatif baru untuk mempromosikan kesopanan di negara Afrika selatan dengan hijab dan untuk melawan stereotip dan diskriminasi terhadap anak perempuan yang mengenakan hijab.
Sejak munculnya demokrasi sekitar dua puluh tahun yang lalu, standar berpakaian di kalangan perempuan dan gadis-gadis dari bebagai keyakinan agama telah berlangsung secara turun temurun. Ada diantara mereka yang berpakaian tidak sopan yang bisa mengundang berbagai macam tantangan terhadap diri mereka, termasuk pelecehan seksual,” Summayah Lemani, kordinator–pendiri Hijab Sisters of Malawi, kepada OnIslam.net, Ahad (22/6/2014).
“Oleh karena itu kami telah mengambil inisiatif ini untuk mempromosikan kesopanan di kalangan Muslimah dan pada saat yang sama hal ini bisa mengurangi tingkat risiko perempuan untuk mengekspos diri mereka, jika mereka tidak berpakaian dengan benar,” tambahnya.
Target dari peluncuran inisiatif baru tersebut tidak hanya terbatas pada mempromosikan hijab dan kesopanan.
Bagi Lemani, tujuan lain yang tidak kalah penting adalah untuk mengoreksi kesalahpahaman yang berkaitan dengan hijab bahwa itu bentuk kemunduran dan terbelakangan.
“Selain mempromosikan kesopanan antara diri kita sendiri, pada saat yang sama kami ingin menunjukkan kepada seluruh bangsa bahwa hijab bukanlah simbol keterbelakangan, sebagaimana sebagian orang dari keyakinan agama lain menganggapnya demikian,” katanya.
“Jika wanita muda seperti kita mengambil inisiatif, maka kita akan dapat mengatasi stereotip yang terkait dengan hijab.”
Dia menambahkan bahwa dalam beberapa masyarakat di negeri ini, Muslimah yang mengenakan hijab mengalami berbagai bentuk diskriminasi dan ejekan.
“Hal ini telah mengecilkan hati perempuan untuk mengenakan hijab di tempat umum. Melalui inisiatif ini, kami berharap dapat menyadarkan masyarakat Malawi secara lebih luas tentang hijab, sehingga seluruh masyarakat bisa menerima kita tanpa ragu.“
Lemani juga mengatakan bahwa salah satu upaya untuk mempromosikan hijab adalah melalui fashion show untuk menunjukkan bagaimana sebenarnya hijab yang sesuai dengan Islam.
“Selama fashion show ini, kita tidak menganjurkan kepada Muslimah wanita untuk menggunakan pakaian ketat, termasuk kerudung, yang bisa menarik perhatian laki-laki, Lemani mengatakan kepada OnIslam.net.
“Pakaian Muslimah seharusnya tidak boleh ketat dengan maksud untuk memamerkan diri, maka itu akan kehilangan nilai dan martabat dari hijab itu. Melalui fashion show ini, generasi muda Muslimah diharapkan bisa menghargai nilai dari hijab itu dan apa artinya bagi seorang Muslimah.”
Inisiatif yang diluncurkan oleh Hijab Sisters of Malawi ini telah menarik minat dan mendapatkan pujian dari seluruh komunitas Muslim di negara itu.
Syeikh Muhammad Idrissa, Ketua Umum Asosiasi Muslim Malawi (MAM) menggambarkan inisiatif itu sebagai suatu terobosan untuk menegakkan penghargaan terhadap nilai-nilai agama dalam masyarakat Muslim.
“Inisiatif ini merupakan terobosan besar dalam rangka mengajak orang-orang untuk menghormati nilai-nilai agama. Ini adalah suatu langkah ke arah yang benar dan datang di waktu yang tepat saat keingintahuan yang besar terhadap jilbab di kalangan Muslimah di negara ini semakin berkembang,” kata Syeikh Idrissa kepada OnIslam.net.
“Muslimah merasa dihormati ketika mereka memakai jilbab. Oleh karena itu, inisiatif ini perlu kita dukung karena itu mempromosikan apa yang diperintahkan dalam agama kita,” tambah Syeikh Idrissa.
“Sebelumnya, remaja Muslimah tidak mendukung hijab, karena mereka takut dianiaya, tetapi saat ini, kita sudah umum melihat gadis-gadis mengenakan hijab.“
Tokoh Muslim terkenal itu menegaskan pentingnya inisiatif tersebut untuk menghadapi semakin meningkatnya modernisme dan semakin hilangnya kesopanan dalam masyarakat Malawi.
“Sebelumnya pada tahun 1994, ketika Malawi menjadi bangsa yang majemuk, kadang-kadang perempuan Muslim yang mengenakan jilbab dianggap terbelakang dan tidak berpendidikan. Tapi hari ini, hijab telah menjadi simbol dari kesopanan, sejauh ini Muslimah Malawi dikagumi oleh perempuan dari kelompok agama lain karena kesopanan pakaian mereka,” tambahnya.
Ketua Umum Organisasi Wanita Muslim, Fatima Ndaila, juga memuji inisiatif ini, dan meminta dukungan dari semua pihak untuk keberhasilannya.
“Dengan kebebasan berpakaian yang berlaku di negara ini, perempuan saling bersaing dengan mode pakaian baru yang bermunculan, oleh karenanya ini merupakan suatu kemajuan yang menggembirakan melihat remaja Muslimah kami mengambil upaya untuk mempromosikan jilbab,” kata Ndaila OnIslam.net.
“Ini adalah manifestasi yang jelas tentang betapa pentingnya nilai-nilai agama mengubah kehidupan anak-anak kami. Sebagai orang tua, kami mendukung penuh inisiatif ini.”
Islam adalah agama terbesar kedua setelah Kristen. Muslim mencapai 36 persen dari 16 juta penduduk negara itu.
Lemani mengatakan bahwa kelompoknya tidak akan dikalahkan oleh pengaruh semakin meningkatnya jenis pakaian modern yang tidak sopan yang menyusup ke Malawi.
“Kami akan tetap berfokus dengan misi kami untuk membuat Muslimah menjadi panutan dalam berpakaian.” katanya.
“Kami bermaksud untuk meningkatkan martabat Muslimah melalui inisiatif ini dan mencapai sebuah masyarakat Muslim yang berakhlak.”
(ameera/arrahmah.com)