KAIRO (Arrahmah.com) – Seorang Muslimah Mesir yang ditahan oleh rezim tanpa alasan yang jelas sejak awal Juni telah menceritakan sekilas mengenai kehidupan perempuan yang ditahan di penjara-penjara negara tersebut dalam sebuah surat yang
ditulisnya.
Mesir menyaksikan peningkatan tajam terkait hilangnya para aktivis. Pesan yang ditulis pada 7 Juli lalu dan diumumkan Selasa (14/7/2015) malam menjelaskan saat Esraa El-Taweel diculik dan dipaksa masuk ke sebuah mini van oleh orang tak dikenal dan kemudian dibawa ke sebuah fasilitas yang dioperasikan oleh pasukan keamanan untuk diinterogasi, lansir Al Jazeera pada Rabu (15/7).
“Saya menghabiskan 15 hari di tempat keamanan nasional, mendengarkan interogasi, mendengarkan suara penyiksaan dan laki- laki menangis keras. Saya adalah satu-satunya perempuan di sana, lima belas hari dengan mata tertutup,” ujar perempuan
berusia 23 tahun yang bekerja sebagai fotografer tersebut.
Setelah 16 hari ia dibawa ke pengadilan, yang katanya berlangsung selama 18 jam. Dia lebih lanjut mengatakan bahwa ia harus berjuang untuk berdiri mendengarkan pernyataan dalam persidangan, karena luka tembak yang dialaminya selama protes
pada Januari 2014.
Cedera akibat luka tembak itu meninggalkan kerusakan di tulang punggungnya dan ia sulit mempertahankan postur.
Pasukan keamanan kemudian memindahkan Taweel ke penjara Al-Qanater, sebuah fasilitas yang digunakan untuk memenjarakan oposisi dan orang-orang yang melakukan tindak pidana umum.
Rezim Mesir menuduh Taweel menjadi anggota Ikhwanul Muslimin dan menyebarkan berita palsu.
Penuh kecoak
Taweel menulis bahwa kondisi penjara sangat kotor dan ia merasa terintimidasi oleh narapidana lain.
“Penjara adalah tempat yang menakutkan dan mengerikan. Dunia yang berbeda. Beberapa tahanan ditangkap karena menggunakan narkoba, beberapa karena melacur, beberapa mencopet dan lainnya. Saya telah melihat orang-orang asing dan mendengar
cerita-cerita aneh.”
“Sel ini menjijikkan, penuh kecoak. Semuanya di sini menjijikkan dan hidup di sini sangat sulit. Saya rindu rumah, keluarga saya, teman-teman saya dan kucing kesayangan saya Woody,” lanjutnya menulis.
Taweel membantah telah menjadi anggota Ikhwanul Muslimin namun dia mengatakan sangat menyukai berdekatan dengan anggota IM karena kehidupan mereka, karena mereka tidak merokok.
Pada bagian penutup surat, Taweel yang ditahan bersama dua rekan laki-laki, mengungkapkan kemarahan dan keputusasaan.
“Pada akhir terowongan, kehidupan memberi kita cahaya, itu memungkinkan kita melupakan rasa sakit yang telah diderita. Oh Tuhan, kapan mimpi buruk ini akan berakhir,” ujarnya.
Mahasiswa seni di Universitas Kairo tersebut adalah salah satu dari puluhan orang yang “menghilang” dalam beberapa bulan terakhir, mendorong kritik pedas terhadap rezim yang dipimpin oleh Al-Sisi.
Dewan Nasional untuk Hak Asasi Manusia (NCHR), organisasi HAM yang dijalankan oleh rezim, mengatakan pihaknya telah menerima 50 keluhan atas kasus tersebut.
Organisasi HAM Mesir telah mendokumentasikan 124 kematian di dalam penjara Mesir yang disebabkan oleh kelalaian, penganiayaan, atau pembunuhan. (haninmazaya/arrahmah.com)