BERLIN (Arrahmah.com) – Muslimah yang memakai jilbab dan hijab mengalami berbagai bentuk diskriminasi di Jerman, namun seringkali tidak mengajukan keluhan, kata Kepala Badan Anti-Diskriminasi Federal (ADS), dikutip AA pada Kamis (4/5/2017).
Dalam sebuah wawancara dengan Anadolu Agency baru-baru ini, Christine Lueders mengatakan bahwa perempuan berkerudung sering menghadapi diskriminasi di pasar tenaga kerja, di klub kebugaran atau saat menyewa apartemen.
“Banyak orang tidak tahu bahwa di Jerman dilarang untuk menerapkan larangan kerudung,” katanya, menambahkan bahwa studio kebugaran atau siapapun yang bekerja di sana tidak dapat mengenakan larangan semacam itu bagi individu yang mengenakan simbol agama.
Menurut Lueders, Badan Federal Anti-Diskriminasi menerima lebih dari 21.000 keluhan diskriminasi sejak 2016, namun hanya 300 di antaranya yang diajukan oleh muslimah yang mengenakan kerudung.
“Tapi statistik ini tidak banyak bicara tentang angka sebenarnya,” katanya.
“Secara umum, ketika kita berbicara tentang diskriminasi, selalu ada sejumlah kasus yang tidak dilaporkan. Karena banyak orang menghadapi diskriminasi tidak tahu di mana mereka bisa mendapatkan dukungan,” tambahnya.
Di Jerman, di mana hampir 4,7 juta Muslim tinggal, kebebasan beragama dilindungi oleh Konstitusi Jerman.
Namun, para Muslimah telah menghadapi tingkat diskriminasi yang meningkat dalam beberapa tahun terakhir di tengah meningkatnya sentimen anti-Muslim, yang dipicu oleh propaganda dari partai-partai sayap kanan dan populis yang telah mengeksploitasi krisis pengungsi. (althaf/arrahmah.com)